"Baiklah, kalau memang itu maumu. Kita putus malam ini juga." Jawabku atas inginnya malam ini.
"Hebat! langsung baiklah, tanpa menanyakan atas dasar apa aku ingin putus darimu." Arba yang langsung membalas pesan dariku.
"Aku telpon kamu sekarang! biar lebih jelas!"Â ujar Arba kemudian.
"Tidak perlu, sudah jelas kok. Telpon kapan-kapan saja ya."Â Balasku yang menurutku adalah wujud satu sisi tegas, yang selama ini aku miliki.
"Oke! deal ya! kita putus malam ini juga!"Â pesan darinya yang ikut-ikutan tegas pula, hehehe.
"Ya sudah, aku ngantuk. Mau tidur dulu nih, have a really nice sleep juga deh buat kamu." Jawabku atas pesannya, balasku akan pesannya.
"Besok Bang Dian saja yang akan cerita ke kamu, kenapa aku mau putus darimu." Arba yang masih mengirim pesan untukku.
"Baiklah, besok aku tunggu Dian di tempat kerja. Oh ya! selamat malam buat Arba. Terima kasih ya untukmu, yang kini adalah mantan kekasih." Pesan terakhirku untuknya malam ini, untuk kemudian aku mencoba menenangkan diri dan bersiap untuk beristirahat malam ini.
Hari rabu pun tiba, pagi yang cerah. Malam sudah berganti, menjadi terang yang menghangatkan. Berkat kehadiran mentari pagi ini, yang juga cukup menyilaukan.
Mandi, merapikan diri, satu gelas kopi plus sarapan pagi yang adalah sandwich! eh maksudnya roti isi, yang memang sudah aku nikmati.
Kini tinggal mempersiapkan diri, toh sudah waktunya untuk berangkat menuju tempat rutinitas. Beraktifitas seperti biasa, tanpa harus sedikitpun merasa grogi atas kejadian semalam tadi.