Unregulated fishing juga menjadi praktik hari-hari, pencurian kekayaan laut Indonesia dilakukan pihak luar dengan cara menggunakan kapal berbendera Indonesia.
Bahkan pernah terdata dari 7000 kapal penangkap ikan di laut Indonesia, 70 persen milik asing. Terakhir di 2015 Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti mengungkap kerugian negara akibat ilegal fishing mencapai Rp 3000 triliun atau satu kali APBN (Kompas.com). Angka yang tak jauh berbeda diungkap Sri Mulyani di mana kerugian negara akibat ilegal fishing mencapai USD 20 miliar.
Praktik eksploitasi juga dilakukan secara serampangan, seperti dengan cara blase fishing atau mengebom sampai menggunakan trawl.
Kita benar-benar lupa bahwa kekayaan Indonesia sebenarnya adalah laut.
Potensi perikanan Indonesia 65 juta ton per tahun atau terbesar di dunia (bibitikan.com), selain itu kualitas ikan kita sangat tinggi dengan protein paling aman, memiliki omega 3 dan tidak ada kolesterol. Tapi dikutip dari academia.edu faktanya ternyata masyarakat Indonesia kurang mengkonsumsi ikan.
Kemudian terumbu karang, di laut Indonesia terdapat 450 jenis terumbu karang. Sebagian besar tak mendapat perawatan secara penuh karena selama ini fokus kita bukan laut, padahal memiliki potensi besar menanggulangi global warming.
Potensi rumput laut tak kalah besar, jika dikelola dengan baik maka Indonesia bisa menjadi pemasok terbesar bahan baku rumput laut.
Diketahui bahwa rumput laut berguna untuk kosmetik, farmasi, makanan, pelapis tahan panas bahkan untuk kebutuhan industri bio teknologi.
Sebagai negara kepulauan kita juga memiliki potensi mangrove, berfungsi untuk habitat ikan dan penangkal abrasi.
Potensi wilayah pesisir juga sangat besar seperti gas bumi dan minyak. Kemudian Indonesia kita kaya akan energi kelautan dengan adanya pasang surut yang bisa digunakan untuk energi listrik.
Begitu juga potensi energi dari gelombang, angin dan OTEC (oecan thermal energi convertion) atau energi laut yang sudah dikembangkan di Jepang.