Di era modern ini, perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan melaju dengan kecepatan luar biasa, mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat. Salah satu dampak yang paling terasa adalah dalam dunia pendidikan.Â
Pendidikan yang awalnya merupakan ruang sakral untuk belajar, menghormati, dan berinteraksi secara positif antara guru dan murid, kini mulai bergeser. Zaman "edan" ini, sebuah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kekacauan nilai dan norma sosial, telah membuat banyak murid memandang rendah peran guru.
 Guru yang dahulu dipandang sebagai sosok yang dihormati, kini mulai kehilangan wibawanya. Apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana kita sebagai masyarakat harus menyikapi fenomena ini?
Hilangnya Rasa Hormat: Faktor-faktor yang Memengaruhi
Hilangnya rasa hormat murid kepada guru tidak terjadi secara tiba-tiba. Fenomena ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perkembangan teknologi, perubahan pola asuh dalam keluarga, dan media sosial. Teknologi memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengakses berbagai informasi tanpa bantuan guru, menjadikan sosok guru seakan-akan tidak lagi penting. Ketika murid dapat belajar dari internet atau dari berbagai aplikasi pendidikan, peran guru sebagai sumber utama pengetahuan mulai tergeser.
Selain itu, pola asuh keluarga juga turut berkontribusi dalam mengubah persepsi anak terhadap guru. Banyak orang tua yang terlalu memanjakan anak-anak mereka, mengabaikan pentingnya mengajarkan nilai-nilai penghormatan kepada orang dewasa, terutama kepada guru.Â
Ada pula orang tua yang sering mengkritik atau menuntut guru secara berlebihan, bahkan di depan anak-anak mereka. Hal ini membuat anak-anak tumbuh tanpa penghargaan yang seharusnya kepada sosok guru.
Media sosial juga memainkan peran besar dalam membentuk perilaku anak-anak terhadap guru. Di media sosial, seringkali tersebar berita atau unggahan yang menggambarkan guru sebagai sosok yang kurang dihargai atau bahkan ditertawakan. Ketika melihat fenomena ini, anak-anak menjadi lebih mudah meremehkan peran guru karena mereka terpengaruh oleh pandangan dan perilaku yang sama di lingkungan sekitarnya.
Implikasi Terhadap Proses Pembelajaran
Kurangnya rasa hormat dari murid kepada guru berdampak langsung terhadap proses pembelajaran. Ketika murid tidak lagi menghargai guru, mereka cenderung mengabaikan instruksi, kurang memperhatikan di kelas, atau bahkan tidak menganggap penting nasihat-nasihat yang diberikan oleh guru. Akibatnya, suasana belajar menjadi kurang kondusif dan tidak efektif.
 Dalam situasi ini, para guru sering kali merasa kurang bersemangat atau bahkan frustasi dalam melaksanakan tugasnya. Padahal, semangat dan ketulusan guru dalam mengajar sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan pendidikan.
Rasa tidak hormat juga memicu ketidaknyamanan di ruang kelas, di mana guru sering kali dihadapkan dengan perilaku tidak sopan, seperti berbicara kasar, bermain ponsel saat pelajaran berlangsung, atau bahkan mengacuhkan tugas-tugas yang diberikan. Kondisi ini sangat menyulitkan guru dalam menanamkan nilai-nilai moral dan membangun karakter positif pada diri siswa.Â
Ketika seorang murid tidak menghormati gurunya, nilai moral yang harusnya tertanam sejak dini pun sulit berkembang, mengakibatkan rendahnya etika generasi muda di masa mendatang.
Menggali Akar Permasalahan: Tantangan dalam Sistem Pendidikan dan Kebijakan
Perubahan yang terjadi dalam interaksi murid-guru ini juga tidak lepas dari tantangan dalam sistem pendidikan itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekolah yang terlalu berfokus pada pencapaian akademis dan angka-angka, sementara pendidikan karakter cenderung terabaikan.Â
Padahal, pendidikan karakter adalah aspek penting yang menentukan bagaimana seseorang berperilaku dan berinteraksi di masyarakat. Akibatnya, banyak siswa yang pandai secara akademis, tetapi tidak memiliki nilai-nilai moral yang kuat, termasuk penghormatan terhadap guru.
Kebijakan pendidikan yang terus berubah dan berfokus pada aspek teknis sering kali mengabaikan hal-hal yang sifatnya lebih personal dan emosional antara guru dan siswa.Â
Misalnya, kebijakan yang menitikberatkan pada ujian nasional atau standar nilai yang tinggi membuat guru sering kali terjebak pada rutinitas mengejar kurikulum, mengesampingkan waktu untuk membangun hubungan yang kuat dengan siswa. Siswa pun akhirnya melihat guru hanya sebagai "pengajar materi" dan bukan sosok yang patut dihormati dan diteladani.
Dampak Jangka Panjang: Generasi yang Kehilangan Arah
Hilangnya penghargaan murid terhadap guru akan memberikan dampak jangka panjang terhadap generasi mendatang. Ketika rasa hormat dan etika tidak diajarkan dan dipraktikkan sejak dini, akan sangat sulit untuk menumbuhkan generasi yang memiliki integritas dan karakter positif.Â
Generasi yang tumbuh tanpa rasa hormat kepada guru, besar kemungkinan akan sulit untuk menghormati figur-figur lain dalam kehidupan sosial mereka, seperti atasan di tempat kerja atau bahkan orang tua mereka sendiri. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi masyarakat, karena akan menciptakan lingkungan yang kurang harmonis dan jauh dari nilai-nilai kesantunan.
Upaya untuk Mengembalikan Rasa Hormat Kepada Guru
Untuk menghadapi fenomena ini, upaya serius perlu dilakukan oleh semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah. Keluarga, sebagai tempat pertama seorang anak mendapatkan pendidikan, memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai penghormatan.Â
Orang tua perlu mengajarkan anak untuk menghargai guru dan memberi contoh sikap yang baik dalam berbicara tentang guru. Orang tua juga sebaiknya bekerja sama dengan guru dalam mengatasi permasalahan anak di sekolah, bukan justru memojokkan guru atau menyalahkan mereka.
Di tingkat sekolah, penting bagi institusi pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai karakter sejak dini. Pendidikan karakter seharusnya tidak hanya menjadi sekadar teori yang diajarkan dalam pelajaran, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus diberi dukungan, baik secara moral maupun material, agar mereka tetap semangat dalam mendidik dan bisa mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, harus menyediakan regulasi yang jelas dan mendukung terciptanya iklim pendidikan yang kondusif. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki kurikulum pendidikan karakter agar siswa tidak hanya dikejar oleh nilai akademis, tetapi juga memiliki kesempatan untuk belajar nilai-nilai moral dan etika.Â
Pemerintah juga harus memberikan perlindungan hukum bagi guru yang mengalami kekerasan atau pelecehan dari siswa atau orang tua, sebagai bentuk dukungan terhadap profesi guru.
Membangun Kembali Martabat Profesi Guru
Profesi guru adalah salah satu profesi yang paling mulia, karena mereka adalah pencetak generasi penerus bangsa. Mengembalikan rasa hormat kepada guru adalah langkah penting untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya dan beretika.Â
Kita semua, sebagai masyarakat, harus turut berkontribusi dalam membangun kembali martabat profesi guru, baik dengan mendukung peran mereka maupun dengan mendidik generasi muda untuk menghargai sosok guru.
Fenomena "zaman edan" ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi kita untuk menyerah. Justru inilah saat yang tepat untuk melakukan perubahan dan introspeksi diri. Sebab, jika kita tidak segera mengambil tindakan, maka yang kita khawatirkan bukan hanya hilangnya rasa hormat kepada guru, tetapi juga hancurnya nilai-nilai budaya bangsa yang kita junjung tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H