Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Senja di Ujung Sekolah

1 September 2024   10:36 Diperbarui: 1 September 2024   10:40 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: https://prabangkaranews.com)

Dion tersenyum. "Mungkin itulah gunanya perjalanan, Lana. Kita berjalan bukan untuk menjadi orang lain, tapi untuk mengenal siapa kita sebenarnya di berbagai keadaan."

Matahari akhirnya benar-benar tenggelam, menyisakan warna jingga yang samar di langit. Alana menarik napas panjang, merasakan ketenangan perlahan merayapi hatinya. "Kamu benar, Dion. Mungkin aku terlalu khawatir tentang hal-hal yang bahkan belum terjadi."

Dion mengangguk. "Dan kamu juga harus ingat, Lana, di mana pun kamu berada, kamu akan selalu punya teman yang mendukungmu."

Kata-kata Dion membuat Alana tersenyum hangat. "Terima kasih, Dion. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik."

Mereka duduk di sana, menikmati detik-detik terakhir senja yang mulai beralih ke malam. Di bawah langit yang perlahan berubah gelap, Alana merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Toh, seperti langit senja yang selalu berubah setiap harinya, kehidupan juga penuh dengan perubahan yang tak terduga. Dan itu tidak apa-apa.

Malam akhirnya jatuh sempurna, mengiringi langkah Alana dan Dion yang beranjak pergi dari taman kecil itu, meninggalkan sepotong cerita tentang dua anak SMA yang sedang belajar menemukan diri mereka sendiri.

Hari-hari berlalu, dan Alana semakin dekat dengan tenggat waktu pendaftaran beasiswa kuliah ke luar negeri. Setiap hari, dia menyibukkan diri dengan berbagai persiapan, dari menulis esai hingga mengikuti tes yang diperlukan. Ketegangan dan kecemasan menjadi bagian dari rutinitasnya, namun dia merasa lebih percaya diri berkat dukungan Dion dan teman-teman lainnya.

Pada suatu sore, saat cuaca cerah dan langit tampak lebih biru dari biasanya, Alana mendapatkan kabar baik. Dia diterima dalam tahap wawancara beasiswa. Kabar ini datang seperti angin segar di tengah kesibukannya, dan dia merasa seolah batu besar yang mengganjal di hatinya mulai terangkat.

Dia segera membagikan berita tersebut kepada Dion, yang saat itu sedang duduk di kantin sekolah, menunggu waktu istirahat berakhir. Dion tampak sangat senang dan memeluk Alana dengan erat. "Kamu berhasil sampai ke tahap ini! Ini pencapaian besar, Lana."

Alana tersenyum bahagia, tetapi ada sedikit kegelisahan di matanya. "Tapi wawancara ini sangat penting, Dion. Ini mungkin penentu apakah aku bisa mendapatkan beasiswa ini atau tidak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun