Di sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang pemuda bernama Bima. Bima adalah seorang pencari kebenaran, selalu ingin tahu tentang makna kehidupan dan keberadaan Tuhan. Dia sering bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak penderitaan dan ketidakadilan di dunia ini. Suatu hari, dia memutuskan untuk memulai perjalanan spiritual untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Bima memulai perjalanannya dengan berjalan kaki menuju hutan yang lebat di dekat desanya. Di tengah hutan, dia bertemu dengan seorang pertapa tua yang duduk di bawah pohon besar. Bima merasa bahwa pertapa ini mungkin memiliki jawaban atas pertanyaannya.
"Wahai pertapa, apakah engkau tahu di mana aku bisa menemukan Tuhan?" tanya Bima dengan penuh harap.
Pertapa tua itu tersenyum lembut dan menjawab, "Tuhan ada di dalam dirimu sendiri, anak muda. Carilah Dia di dalam hatimu."
Bima merasa bingung dengan jawaban itu. Bagaimana mungkin Tuhan ada di dalam dirinya? Dengan perasaan ragu, dia melanjutkan perjalanannya. Dia melewati sungai-sungai, mendaki gunung-gunung, dan menyeberangi lembah-lembah, mencari tanda-tanda keberadaan Tuhan.
Suatu hari, di tengah perjalanan, Bima bertemu dengan seorang petani yang sedang bekerja di ladangnya. Petani itu tampak bahagia meskipun hidup dalam kesederhanaan.
"Pak Petani, apakah engkau tahu di mana aku bisa menemukan Tuhan?" tanya Bima.
Petani itu berhenti sejenak, tersenyum, dan berkata, "Tuhan ada di setiap tetes keringatku saat aku bekerja keras di ladang ini. Dia ada di dalam kegembiraanku dan rasa syukurku atas apa yang aku miliki."
Bima mulai merasa bahwa mungkin Tuhan ada dalam kehidupan sehari-hari, dalam kerja keras dan rasa syukur. Namun, dia masih ingin mencari lebih jauh. Dia melanjutkan perjalanannya hingga tiba di sebuah kota besar.
Di kota itu, Bima bertemu dengan seorang pengusaha kaya yang memiliki segala kemewahan dunia. Pengusaha itu hidup dalam kemewahan, tetapi terlihat tidak bahagia.