Di tengah keputusasaan itu, tiba-tiba terdengar suara lembut dari belakang. "Davi, kamu kenapa, Nak?" Suara itu adalah suara ibu Davi. Ibu yang selalu ada di sampingnya, yang selalu memberinya rasa aman dan nyaman. Davi menoleh dengan mata yang sudah bengkak karena menangis.
"Ibu! Kuning... Kuning jatuh ke dalam air," kata Davi terbata-bata sambil menunjuk ke arah Kuning yang semakin jauh terbawa arus.
Tanpa berkata apa-apa lagi, ibu Davi segera melangkah masuk ke dalam genangan air itu. Dengan langkah yang hati-hati, ia mendekati Kuning. Air yang cukup dalam untuk Davi, ternyata hanya setinggi mata kaki bagi ibunya. Dengan cepat, ibu Davi meraih anak ayam itu dan mengangkatnya ke udara.
"Davi, ini Kunin-nya. Lihat, dia selamat," kata ibu Davi sambil tersenyum. Ia kemudian menghampiri Davi dan menyerahkan Kuning ke dalam genggaman tangan kecil Davi yang gemetar.
Davi memeluk Kuning erat-erat, takut kehilangan lagi. "Maaf, Kuning. Maafkan aku," bisiknya sambil menangis tersedu-sedu. Anak ayam itu mengepakkan sayapnya sedikit, seolah-olah mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Ibu Davi memeluk anaknya dengan lembut, berusaha menenangkannya. "Sudah, jangan menangis lagi, Nak. Kuning sudah selamat. Sekarang, kita bawa dia ke tempat yang lebih aman, ya?" kata ibu Davi sambil mengusap punggung Davi.
Davi mengangguk sambil terisak. Dengan hati-hati, mereka berjalan kembali ke rumah. Di sana, ibu Davi menyiapkan tempat yang hangat dan kering untuk Kuning dan anak-anak ayam lainnya. Ia juga memberikan selimut kecil untuk Davi yang masih menggigil kedinginan.
Sambil duduk di dekat perapian yang kecil, Davi memandangi Kuning yang sekarang sudah mulai mengering dan kembali aktif. Anak ayam itu tampak tenang di dalam kotak yang telah dilapisi kain hangat. Ibu Davi duduk di sampingnya, mengelus rambut Davi yang masih basah.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Davi. Kadang-kadang, dalam hidup, kita harus menghadapi situasi yang sulit. Tapi yang penting, kita tidak menyerah dan terus berusaha," kata ibu Davi lembut.
Davi mengangguk pelan. Ia merasa lebih baik sekarang, meskipun masih ada rasa takut yang tersisa. "Terima kasih, Ibu," ucapnya sambil menatap ibunya dengan mata yang penuh rasa syukur.
Ibu Davi tersenyum hangat. "Kamu anak yang hebat, Davi. Kuning pasti tahu bahwa kamu sangat menyayanginya."