Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gelap di Ujung Jalan, Berakhir Terang di Balik Kegelapan

24 Juli 2024   06:16 Diperbarui: 24 Juli 2024   06:35 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: https://www.klikdokter.com)

Matahari sudah hampir tenggelam ketika Busri pulang dari tempat kerjanya. Ia bekerja sebagai seorang buruh pabrik, pekerjaan yang cukup berat dengan upah yang pas-pasan. Di rumah kecilnya, istrinya, Ratna, sedang menyiapkan makan malam. Mereka hidup sederhana, tapi cukup bahagia dengan apa yang mereka miliki.

Namun, kebahagiaan itu mulai terRatnas beberapa bulan yang lalu ketika Ratna jatuh sakit. Biaya pengobatan yang tinggi membuat tabungan mereka terkuras habis. Dalam keputusasaan, Busri mencari berbagai cara untuk mendapatkan uang cepat. Seorang teman di tempat kerja memperkenalkannya pada aplikasi pinjaman online (pinjol).

"Aman kok, Man. Prosesnya cepat, bunganya juga rendah," kata temannya, Toni.

Busri pun tertarik. Ia mengunduh aplikasi tersebut dan meminjam sejumlah uang untuk biaya pengobatan Ratna. Benar saja, prosesnya cepat dan uang segera cair ke rekeningnya. Busri merasa lega, berpikir masalahnya telah teratasi.

Namun, bulan demi bulan berlalu, dan Busri mulai kesulitan membayar cicilan pinjaman tersebut. Bunga yang awalnya terlihat rendah, ternyata terus bertambah setiap bulan. Hutang yang harus ia bayar menjadi semakin besar, dan penghasilan sebagai buruh tidak cukup untuk menutupi semuanya.

Pihak pinjol mulai mengirim pesan-pesan ancaman. Mereka tidak hanya menghubungi Busri, tapi juga keluarganya, bahkan teman-temannya. Busri merasa malu dan tertekan. Ia mulai menghindari teman-temannya di tempat kerja dan jarang pulang tepat waktu.

Suatu malam, Busri pulang dengan wajah kusut. Ia duduk di meja makan, memegang kepalanya. Ratna yang masih lemah melihat suaminya dalam kondisi seperti itu merasa khawatir.

"Ada apa, Mas?" tanya Ratna dengan suara pelan.

Busri hanya menggeleng, tak mampu berkata-kata. Ia tahu bahwa Ratna sudah cukup menderita dengan sakitnya, ia tak ingin menambah beban istrinya.

Hari-hari berlalu dengan beban yang semakin berat di pundaknya. Suatu pagi, saat Busri hendak berangkat kerja, ia menerima telepon dari pihak pinjol.

"Kalau kamu tidak segera bayar hutangmu, kami akan datang ke rumahmu!" ancam suara di seberang telepon.

Busri merasa putus asa. Ia tidak tahu harus kemana mencari uang. Ia sudah meminjam dari teman-teman dan keluarga, tetapi itu hanya menambah hutangnya. Busri merasa berada di ujung jalan, tanpa ada jalan keluar.

Malam itu, Busri duduk sendirian di ruang tamu. Ratna sudah tidur di kamar. Ia merenungkan nasibnya. Ia merasa gagal sebagai suami, tidak mampu melindungi keluarganya. Pikirannya gelap, dan ia mulai mempertimbangkan sesuatu yang sangat mengerikan.

"Maafkan aku, Ratna," bisiknya sambil menatap foto pernikahan mereka di meja.

Keesokan paginya, Ratna terbangun dan tidak menemukan Busri di sampingnya. Ia merasa aneh, karena biasanya Busri selalu pamit sebelum berangkat kerja. Ratna bangkit dari tempat tidur dan mencari suaminya.

Di ruang tamu, ia menemukan sebuah surat di atas meja. Tangannya gemetar saat membukanya.

"Ratna, maafkan aku. Aku tidak bisa lagi menahan beban ini. Aku telah berusaha, tapi aku gagal. Jaga diri dan anak-anak kita. Aku mencintaimu."

Air mata Ratna jatuh tanpa henti. Ia berlari keluar rumah, mencari suaminya. Di kebun belakang, ia menemukan Busri tergantung di sebuah pohon, tidak bernyawa.

Ratna berteriak histeris. Tetangga yang mendengar teriakannya segera datang dan menurunkan tubuh Busri. Polisi dan ambulan datang, tapi semua sudah terlambat.

Berita tentang Busri yang bunuh diri karena tekanan pinjaman online menyebar dengan cepat. Media meliputnya, dan masyarakat mulai menyadari betapa berbahayanya jeratan pinjaman online.

Namun, bagi Ratna, tidak ada yang bisa mengembalikan suaminya. Ia harus berjuang sendirian membesarkan anak-anaknya, dengan kenangan pahit yang terus menghantuinya. Kehidupan mereka telah berubah selamanya, dan kegelapan itu masih membayang di ujung jalan yang pernah mereka lalui bersama.

Hari-hari setelah kepergian Busri terasa begitu berat bagi Ratna. Ia merasa dunia runtuh di hadapannya. Namun, ia tahu bahwa ia harus kuat demi anak-anak mereka. Kesulitan yang mereka hadapi tidak hanya berupa kehilangan seorang suami dan ayah, tetapi juga bayang-bayang hutang yang masih mengejar.

Ratna mulai mencari pekerjaan. Ia bekerja sebagai penjaga toko kecil di pasar. Penghasilannya tidak seberapa, tapi cukup untuk menyambung hidup sehari-hari. Di sela-sela pekerjaannya, Ratna juga menjahit pakaian pesanan tetangga. Ia melakukan apa saja yang bisa ia lakukan untuk bertahan hidup.

Namun, ancaman dari pihak pinjol tidak berhenti. Mereka terus menekan Ratna untuk melunasi hutang yang ditinggalkan Busri. Ratna merasa sangat tertekan, tetapi ia bertekad untuk tidak menyerah.

Suatu hari, seorang tetangga yang baik hati, Bu Rina, datang berkunjung. Ia mendengar cerita Ratna dan merasa iba.

"Ratna, kamu tidak boleh menghadapi ini sendirian. Ada organisasi yang bisa membantu," kata Bu Rina sambil memberikan sebuah kartu nama.

Kartu nama itu milik sebuah LSM yang fokus membantu korban jeratan pinjaman online. Dengan sedikit ragu, Ratna menghubungi nomor yang tertera di kartu nama tersebut. Ia membuat janji untuk bertemu dengan konselor keuangan dari LSM tersebut.

Pada hari yang telah ditentukan, Ratna pergi ke kantor LSM. Di sana, ia bertemu dengan Pak Rudi, seorang konselor keuangan yang ramah dan sabar. Ratna menceritakan seluruh masalahnya, dan Pak Rudi mendengarkan dengan seksama.

"Bu Ratna, kami akan membantu Anda. Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua hutang dan mencari cara untuk negosiasi dengan pihak pinjol. Anda tidak sendiri dalam masalah ini," kata Pak Rudi dengan suara menenangkan.

LSM tersebut membantu Ratna dalam menyusun rencana pembayaran yang lebih realistis. Mereka juga memberikan pendampingan hukum untuk menghadapi ancaman dari pihak pinjol. Perlahan tapi pasti, tekanan yang dirasakan Ratna mulai berkurang.

Selama proses itu, Ratna juga mengikuti beberapa pelatihan keterampilan yang diadakan oleh LSM. Ia belajar tentang pengelolaan keuangan, keterampilan menjahit tingkat lanjut, dan bahkan cara memulai usaha kecil. Pelatihan ini membuka mata Ratna tentang berbagai peluang yang bisa ia manfaatkan.

Dengan dukungan dari LSM dan semangat yang tak pernah padam, Ratna mulai membangun usaha kecil di rumahnya. Ia menjahit pakaian pesanan dan menjualnya secara online. Usahanya mulai dikenal, dan pesanan pun berdatangan.

Setahun kemudian, usaha kecil Ratna telah berkembang pesat. Ia bahkan bisa mempekerjakan beberapa tetangga yang juga membutuhkan pekerjaan. Ratna berhasil melunasi hutang Busri dengan hasil usahanya sendiri. Ia membuktikan bahwa dari kegelapan, selalu ada jalan menuju terang.

Kini, Ratna sering berbicara di acara-acara yang diadakan oleh LSM tersebut. Ia berbagi kisahnya, berharap bisa menginspirasi orang lain yang mungkin menghadapi masalah serupa. Ratna menjadi simbol kekuatan dan ketabahan, menunjukkan bahwa meski pernah berada di titik terendah, selalu ada harapan untuk bangkit.

Dalam setiap ceritanya, Ratna selalu menyebut Busri. Ia ingin semua orang tahu bahwa suaminya adalah pria yang baik dan penuh kasih, yang terjerat dalam situasi yang terlalu berat untuk dihadapinya sendirian. Dengan cara ini, Ratna merasa bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia, dan cinta Busri tetap hidup di dalam dirinya.

Cerpen ini menggambarkan betapa berbahayanya jeratan pinjaman online dan dampaknya yang menghancurkan bagi keluarga. Perjalanan Ratna dalam menghadapi kesulitan dan menemukan jalan keluar melalui dukungan komunitas dan ketabahan pribadi. Meski awalnya gelap, selalu ada harapan untuk masa depan yang lebih baik. Semoga cerpen ini bisa menjadi peringatan bagi kita semua untuk berhati-hati dan selalu mencari solusi yang lebih bijak dalam menghadapi masalah keuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun