Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Misteri Meninggalnya Seorang Guru #Part 4

22 Juli 2024   05:57 Diperbarui: 22 Juli 2024   05:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Iustrasi (Sumber gambar: Dokumen Pribadi)

"Siapa yang membunuh anak saya?"

Lalu komandan berkata kepada dua orang anggotanya

"Kalian pergi dulu dengan ambulan itu, kami menunggu tim baraskrim dari polres tiba. Sementara anda, maaf siapa nama anda?" Tanya sang komandan kepada Razak

"Razak,"

"Ya, Razak juga ikut ambulan,"

"Baik pak," Razak langsung naik ke dalam mobil ambulan. Ketika ambulan itu telah pergi, sang komandan memandang khalayak ramai.

"Bapak-bapak jangan pulang dulu. Terutama orang yang pertama yang menemukannya tadi. Kita tunggu bapak-bapak dari reskrim polres tiba dulu untuk diminta keterangan" pinta komandan kepada masyarakat yang berkumpul di TKP

Sementara itu, Razak yang lagi didalam mobil langsung menelepon ayahnya. Ayahnya mengangkat telepon. Sambil terisak-isak Razak berkata

"Ayah, abang sudah meninggal. Kata polisi, kemungkinan dia dibunuh. Tempat kejadiannya di Jembatan Asmara". Jembatan itu memang dikenal didaerah itu sebagai jembatan Asmara, karena setiap sore ada saja orang pacaran di jembatan itu. itu mungkin karena lokasi jembatan sangat sunyi.

"Apa kamu bilang. Ya Allah. Apa salah anakku. Ini kakak ipar kamu belum siuman lagi sejak subuh tadi. Dia pingsan. Kamu dimana sekarang?"

"Saya di dalam mobil ambulan yang membawa jenazah abang ke rumah sakit"

"Baiklah, ayah akan segera pergi ke TKP."

"Baikayah" setelah mengucapkan salam, Razak mematikan hp nya.

Selesai menutup hp nya, Ali berkata kepada istrinya yang lagi menemani sang menantu yang lagi pingsan dirumahnya. Tadi shubuh, begitu Lestari pingsan, dengan di bantu mobil tetangganya Salmi, Lestari di bawa pulang kembali ke rumahnya.

Ali melihat istrinya lagi mengipas-kipas menantunya itu. Banyak juga tetangga yang berdatangan kerumah lestari. Para ibu-ibu tetangga berkumpul mengelilingi Lestari dan bapak-bapak duduk di luar rumah, sementara anak Lestari sendiri tidak pergi kesekolah

"Nek, Mengapa Ibu tertidur lama sekali? Mengapa banyak orang orang dirumah kita nek?" Tanya Rizky, anak Lestari kepada neneknya, Widya, sambil memainkan mobil-mobilan di dekat ibunya yang lagi pingsan. Sang nenek hanya mengelus rambut cucunya itu dengan kasih sayang. Neneknya hanya diam saja tidak mampu menjawab pertanyaan cucunya tersebut.

"Ibu, ke sini sebentar" kata Ali memanggil istrinya ke dapur. Setelah dekat dengan suaminya, Widya bertanya

"Ada apa bang?"

"Anak kita sudah duluan dari kita (meninggal). Sekarang jenazahnya lagi dibawa kerumah sakit bersama Razak."

"Apa?" Widya pun terjatuh pingsan. Orang orang di ruang tamu terkejut dan menghampiri Ali dan Widya

"Ada apa pak Ali?" Tanya salah seorang tetangga

"Azhari meninggal"

"Innalillahi wa'innalillahi rojiun" kata orang-orang dirumah itu serentak. Bapak-bapak diluar terkejut mendengar ucapan para ibu dirumah, sebagian mbesar mereka masuk kedalam rumah sebagian lagi mengintip, ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi

"Dimana pak?"

"Bagaimana bisa meninggal pak?" Tanya ibu tetangga yang lain

"Apa dia kecelakaan?" Tanya ibu tetangga yang lainnya lagi

"Sabar ibu-ibu" kata Ali sambil mata berkaca-kaca.

"Azhari meninggal di jembatan Asmara. Dia meninggal karena dibunuh"

"Apa?" teriak ibu-ibu itu histeris. Dalam sekejap, meninggalnya Azhari menjadi "berita" utama di dusun itu. satu persatu para tetangga datang melayat ke rumah itu termasuk Toni. Berita kematian Azhari terus menyebar sampai ke sekolah tempat Azhari mengajar. Para guru dan siswa terkejut. Terlebih mereka mendengar informasi kalau Azhari meninggal karena di bunuh, semua guru dan perwakilan siswa segera pergi melayat ke rumah Azhari, termasuk Robi.

Berita kematian Azhari membuat heboh satu kecamatan itu, termasuk di desanya Una dan Zahra. Una dan Zahra juga terkejut atas peristiwa tragis yang menimpa guru mereka itu.

"Siapa kira-kira pelakunya Una?" Tanya Zahra

"Mana saya tahu, saya kan duluan pulang kemaren. Malah kamu yang minta turun dari motor saya sebelum sampai di jembatan Asmara itu dengan alasan mau singgah dirumah saudara" kata Una sambil menatap Zahra tajam

"Mengapa kamu melihat saya seperti itu? apa kamu menuduh saya pelakunya?" tanya Zahra

"Tidak, saya hanya mau tahu saja. Apa kamu pulang setelah hujan reda?" tanya Una

"Ya, begitu hujan reda sekitar tengah malam saya langsung pulang diantarkan saudara saya" kata Zahra

"Jadi, kapan kita melayat?" Tanya Una

"Sekarang saja, saja. Kita ajak teman-teman yang lain. Bagaimana?" Tanya Zahra

"Baiklah"

Mereka segera bersiap-siap untuk pergi melayat. Setelah semua mereka berkumpul, mereka segera berangkat kerumahnya Azhari. Sesampai di rumah itu, sudah banyak orang yang melayat. Dusun itu seketika menjadi banyak orang. Mereka bertanya-tanya siapa pelakunya.

Sementara itu, didalam rumah. Widya sudah siuman dan menangis sejadi-jadinya dipelukan suaminya ketika dia mengetahui sebab kematian Azhari

"Apa salah anak kita ayah? Mengapa dia di bunuh? Siapa pelakunya?"

Ali tidak mampu menjawab pertanyaan Istrinya itu, karena dia pun tidak tahu.

Setelah istrinya agak tenang, dia berangkat ke TKP ditemani dengan beberapa orang bapak-bapak yang lain termasuk Kepala Dusun. Dijalan Ali juga berfikir "Siapa yang membunuh anak saya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun