"Di sini saja" kata Una.
Azhari  lalu berdiri dan berjalan ke Una.
 "Kamu tahukan bapak suka kepada kamu. Bapak cinta kepadamu bukan sebagai murid, tetapi sebagai kekasih. Bapak tahu ini salah, tetapi mau bagaimana lagi. Bapak tahu kamu juga suka kepada bapak, tapi bapak mau mendengar kalimat suka kamu, terlebih kamu sebentar lagi akan berangkat kuliah." Kata Azhari. Una hanya terdiam
"Jawab Una sayang,"
"Apa yang saya jawab bapak?"
"Una suka dan cinta ngak sama bapak?"
"Bapak, perasaan ini tidak boleh kita pelihara. Kita tahu ada ibu dan anak bapak di belakang bapak. Bahkan kita seharus membunuh perasaan ini,"
"Apa Una bisa membunuhnya?"
"Tidak" Una keceplosan.
"Itukan, berarti Una mempunyai perasaan yang sama dengan bapak kan?" Tanya Azhari sambil memegang tangan Una. Una hanya bisa mengangguk, dan menunduk. Tanpa diketahui oleh mereka, ada seseorang yang mengintip mereka dari jauh. Orang tersebut mempersiapkan kamera handphone nya untuk mefoto setiap momen yang akan terjadi.
Setelah mefoto Azhari dan Una, orang itu langsung pergi. Sementara itu, Una dan Azhari kembali kerombongan mereka tepat jam 4 sore. Tidak lama kemudian, semua rombongan pulang. Malang, sepeda motor Azhari mogok. Azhari mempersilahkan para mantan siswanya pulang duluan. Azhari terpaksa mendorong kendaraannya itu sambil melihat bengkel. Menjelang magrib, baru dia mendapati sebuah bengkel. Abang bengkel itu mengatakan kepadanya, selesai shalat Magrib baru dikerjakan sepeda motor Azhari itu.