"Ya bang, hati-hati bang" kata Lestari khawatir. Khawatir Lestari karena Toni seorang pemabuk sejak istrinya meninggal satu tahun yang lalu
"Ya" kata Azhari pendek sambIl berlalu pergi. Sesampai dirumah Toni, rumah itu tertutup. Azhari mengetuknya dengan pelan, tidak lama kemudian Toni keluar
"Oh, Azhari. Masuk"
"Tidak usah, saya hanya sebentar. Saya hanya meminta agar kamu segera membayarkan utangmu, karena saya lagi butuh uang"
"Maaf Azhari, saya belum ada uang" kata Toni dengan suara lembut. Kebetulan dia saat itu dalam keadaan "normal"
"Kamu ini bagaimana ya, sudah dua bulan hutangmu. Tidak ada niatmu untuk membayar. Pantaslah istrimu mati, mempunyai suami seperti kamu" kata Azhari sambil pergi dari rumah itu. Toni tidak terima atas ucapan kasar Azhari, dia pun merencanakan sesuatu.
"Awas kamu Azhari, kamu akan menyesal telah menghinaku" teriak Toni dengan marahnya. Azhari tidak peduli, dia langsung pergi. Saat dia berjalan pergi, dia melihat ke arah Toni, takut Toni nanti mengejarnya. Dia melihat Toni lagi menyapu  mukanya dengan sapu tangan berwarna merah. Ismail, tetangga depan rumah Toni melihat semua kejadian itu, termasuk saat Toni menyapu mukanya dengan sapu tangan merah. Sesampainya dirumah, Lestari telah menunggu Azhari
"Bagaimana bang?"
"Tidak ada" Jawab Azhari lesu
Malam terus larut dan tidak lama kemudian desa itu sunyi sepi karena warganya sudah terlelap. Sebelum tidur, tanpa sepengetahuan istrinya, Azhari chatingan dengan Una sampai menjelang tengah malam dan ditutup dengan kata-kata mesra
Ketika azan subuh berkumandang, Azhari terbangun dari tidurnya. Setelah mengerjakan pekerjaan rutinnya dirumah, sebelum jam 8 pagi dia sudah tiba di sekolah. Tidak ada gairah lagi dirinya mengajar, dia hanya termenung bahkan hanya menitipkan buku pelajaran kepada siswanya. Dia tidak masuk kelas dengan alasan sakit kepala.