Setelah seminggu bekerja di kebun Pak Dani, Mujad kembali ke proyek dengan semangat baru. Meski terasa melelahkan setelah bekerja, dia merasa lebih kuat dan bertekad untuk memberikan yang terbaik.
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan proyek rumah itu akhirnya selesai. Mujad menerima upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan bahkan menyisakan sedikit uang untuk ditabung. Dia merasa sangat puas dengan hasil kerja kerasnya.
Di malam hari setelah proyek selesai, Mujad duduk bersama ibunya dan Sari. Mereka merayakan keberhasilan itu dengan makanan sederhana yang telah mereka siapkan.
"Mujad, kami sangat bangga padamu. Kamu telah berjuang keras untuk kami," kata Ibunya sambil menatap Mujad dengan mata penuh haru.
"Terima kasih, Bu. Ini semua berkat dukungan Ibu dan Sari serta doa Bapak dirantau orang sana. Tanpa kalian, saya tidak akan bisa melewati semua ini," jawab Mujad sambil tersenyum.
Sari meraih tangan kakaknya dan berkata, "Kakak, aku ingin membuat sesuatu untukmu. Aku belajar membuat kue di sekolah."
Sari menunjukkan kue sederhana yang dia buat sendiri, dan Mujad merasakan hangatnya cinta dan kebanggaan dalam hatinya. Meski kehidupan mereka penuh dengan perjuangan, momen-momen seperti ini adalah yang membuat semuanya terasa berarti.
Mujad tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir, tetapi dia juga tahu bahwa dengan kerja keras dan cinta yang mereka miliki, mereka bisa menghadapi apapun yang datang. Keluarganya adalah sumber kekuatan dan semangatnya.
Di bawah bintang-bintang malam, Mujad tidur dengan hati yang penuh harapan dan tekad untuk terus berjuang demi masa depan yang lebih baik untuk keluarganya. Begitulah seharusnya jiwa seorang  laki-laki, pekerja keras penuh dedikasi dalam mencari rezeki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H