"Selamat pagi, Pak Dani. Ada pekerjaan apa yang bisa saya bantu?" tanya Mujad penuh harap.
Pak Dani memandang Mujad sejenak, kemudian berkata, "Sebenarnya saya butuh bantuan untuk memanen sayuran di kebun. Kalau kamu mau, bisa mulai hari ini."
Mujad merasa lega mendengar tawaran itu. "Tentu, Pak. Kapan saya bisa mulai?"
"Langsung saja ke kebun saya di ujung desa, setelah makan siang nanti," kata Pak Dani.
Mujad pulang dengan semangat baru. Dia menceritakan kabar baik itu kepada ibu dan adiknya, yang langsung merasa lebih tenang mendengar bahwa Mujad telah menemukan pekerjaan baru.
Setelah makan siang, Mujad menuju kebun Pak Dani. Di sana, dia mulai bekerja dengan tekun, memanen sayuran dan menyiapkan barang-barang untuk dijual di pasar. Walaupun pekerjaan ini tidak terlalu berat, Mujad merasakan perbedaan yang jelas dibandingkan dengan pekerjaan sebagai buruh bangunan. Namun, dia tahu ini adalah kesempatan yang harus dia manfaatkan.
Selama beberapa hari berikutnya, Mujad bekerja di kebun Pak Dani dan mendapatkan upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dia merasa bersyukur karena setidaknya dia bisa membantu keluarganya meskipun pekerjaannya tidak seperti biasanya.
Suatu pagi, saat Mujad sedang bekerja di kebun, Pak Dani mendekatinya. "Mujad, saya punya kabar baik. Saya mendapat kabar dari Pak Jamil bahwa bahan bangunan untuk proyekmu sudah tiba. Jadi, pekerjaan kalian akan dilanjutkan mulai hari ini."
Kabar itu membuat Mujad merasa sangat lega. Dia segera pulang untuk memberi tahu ibunya dan adiknya.
"Alhamdulillah, Bu! Pekerjaan di proyek akan dilanjutkan mulai hari ini," kata Mujad dengan wajah ceria.
Ibunya tersenyum lebar. "Syukurlah, Nak. Kami sangat bersyukur mendengar berita itu."