"Kapas rem mobilnya gatau kenapa pas nanjak" lanjutnya.
"Oh."
"Terus si bapak bilang lagi. Oh udah sering sih disini mah. Sambil melirik ke temennya dia. Katanya banyak-banyak do'a aja. Gitu katanya. Aku jadi takut" sambungnya melanjutkan pembicaraan.
"Bismillah weh teh," (Bismillah aja teh) kataku.
"Eh hurung euy, kuy" (Eh nyala, yuk) potong Yoga kepada kami yang duduk.
Kemudian semuanya masuk ke dalam mobil. Tak lama dari lokasi mobil kembali berhenti. Saat itu mobil berhenti setelah tanjakan tepat didepan sebuah rumah berwarna putih dengan corak abu menghadap hutan. Di samping kanan sebelum tanjakan memang ada beberapa anak muda yang sedang berkumpul di rumah. Akhirnya Yoga, Bram dan Reza memutuskan untuk mencari bala bantuan kesana.
Tersisa, aku, Hanif, Ambar yang duduk diluar mobil. Posisi kami menghadap mobil sembari duduk diatas sebuah batang pohon besar yang berada disamping mobil kami dengan pintu sebelah kiri mobil nomor dua terbuka. Atin memutuskan jalan ke depan sendiri mencari toilet dan Ririn yang memilih duduk di mobil tepat di belakang kursi supir. Hening tanpa suara. Kami bertiga mengobrol kesana kemari untuk memecah kebosanan.
"Naha beuki tiris nyak" (Kok makin dingin ya) kata Hanif pada kami.
"Angin nip" jawabku datar.
"Tapi tadi mah hareudang da masih deket pantai ai kamu" (Tapi tadi panas kan masih deket sama pantai) timpalnya padaku.
"Kamu pake lengan pendek soalnya" lanjut Ambar.