Dari sini;
Bulan juni 2013, ketika FSA dan semua kelompok gerilya yang mereka payungi mulai di ambang kekalahan, komandan FSA, Jenderal Salim Idris memohon bantuan kepada Amerika dan sekutunya, dana, sarana latihan dan persenjataan. Bila tidak, FSA akan musnah hanya dalam hitungan bulan.
Amerika dan sekutunya segera merespon permintaan itu. Bekerja sama dengan Inggris, Arab saudi, Qatar, Bahrain, Turki, Jordania, dan Israel membentuk sebuah "yayasan" di Kota Bab al-Hawa, sebuah kota perbatasan strategis dan jadi basis terkuat oposisi Suriah SNC. Tentu saja di permukaan yayasan jadi-jadian ini tidak ada urusannya dengan perang saudara di Suriah. Yayasan ini disamarkan jadi sebuah badan amal yang hanya mengelola "dana bantuan" bagi para pengungsi Suriah. "Dana-dana bantuan" senilai milyaran dollar itu, tentu saja datang dari berbagai "donatur dan orang-orang kaya" serta "hamba-hamba Allah dermawan"  yang tidak ingin dikenal, namun peduli dengan penderitaan rakyat Suriah. Hebat nian.
Selain itu, di beberapa tempat di sepanjang garis perbatasan Turki juga didirikan kamp-kamp latihan tempur, pusat komando dan pusat pelatihan perang retorika dan perang urat syaraf bagi para pejuang FSA, termasuk DAI di dalamnya. Lagi-lagi pusat pelatihan itu berhasil disamarkan dengan baik sebagai kamp pengungsi yang dikelola FSA. lalu bagaimana saya bisa menyimpulkan itu pusat pelatihan komando? Sementara tempat itu disamarkan? Sok tahu banget saya ya? he..he...ketika akan memasuki Suriah bersama rombongan, atas izin otoritas Turki, kita sempat diantar dan bertemu dengan seorang kolonel FSA untuk meminta izin memasuki Suriah kala itu. Kita bisa sedikit menilai bagaimana seharusnya kamp pengungsi diisi oleh para orang tua, perempuan dan anak-anak berwajah memelas, namun ternyata penghuninya adalah laki-laki sehat, tegap, sangar dengan mata menyala semua.
Untuk mendapatkan persenjataan bagi FSA sembari memikirkan bagaimana jejak Amerika dan sekutunya tidak tercium dalam konflik di Suriah, Amerika CS melakukan taktik  yang sama dengan apa yang mereka lakukan semasa di Afganistan...miliaran dollar diberikan kepada Pakistan untuk membeli persenjataan dari Indonesia. Indonesia kemudian mengirim senjata itu ke Pakistan yang kemudian dialirkan ke para Mujahidin yang diorganisir Al Qaidah. Maka terlihatlah Indonesia sebagai negara muslim yang membantu saudara seakidahnya yang sedang menderita nun di pegunungan Hindu kush sana. Sementara kehadiran Amerika dan sekutunya seolah tidak terlihat dan ikut campur.
Demikian juga di Suriah. Berbagai persenjataan buatan China dan Yugoslavia ditenteng ke sana kemari oleh para gerilyawan. Semuanya menumpuk di Bab al-Hawa, markas besar FSA. Bagaimana cara mereka membelinya? Entahlah. Saya tidak sempat bertanya. he..he
Dan di sinilah titik balik ISIS. Dari sebuah kelompok gerilya miskin, lugu dan carut-marut, dengan cerdik Abu Bakar al Baghdadi memanfaatkan segala bantuan itu menjadi profit yang menguntungkan kelompoknya. Diam-diam, ribuan anggota DAI muncul bergabung dan melebur dengan FSA, Jabah al Nusra dll. Jumlah mereka tidak terdeteksi, namun dipastikan jumlahnya mencapai 45 hingga 50 puluh ribuan orang.
Tanpa disadari para petinggi FSA, DAI menyusupkan puluhan ribu anggotanya menjalani berbagai pelatihan tempur, teknik propaganda dan perang psikologis di pusat-pusat komando dan pelatihan di sepanjang perbatasan Turki. Belajar taktik perang dari para instruktur swasta dari black water California, yang kini sudah berganti nama. Sementara dana milyaran yang diperoleh dari para penyumbang gelap dialirkan FSA dan justru jatuh dan mengalir ke kantong-kantong para pejuang yang sebenarnya adalah anggota DAI.
Hingga...gong perang pun dimulai.
Merasa pasukannya sudah mampu, Al baghdadi pun segera beraksi, bulan agustus, DAI dia bubarkan dan menggantinya menjadi ISIS ( ISLAMIC STATE DAN SYAM) lalu pada bulan September 2013, pasukan ISIS menyerbu depot persenjataan FSA di Bab al-Hawa. Merebut gudang-gudang penuh senjata berat "hadiah" Amerika dan sekutunya serta menguasai pusat-pusat komando.
Setelah jenderal Salim Idris, panglima komando Tinggi FSA melarikan diri ke Qatar, berbagai brigade dibawah kendalinya membelot. Dalam waktu hanya empat hari  FSA berhasil  mereka hancurkan. Anggota FSA yang menolak bergabung dengan ISIS dieksekusi sedang yang lain menjadi anggota. Dalam tempo hanya enam bulan, ISIS yang kecil dan tak diperhitungkan seketika menjadi organisasi raksasa berjumlah ratusan ribu, bersenjata lengkap, dan punya dana melimpah ruah yang mereka simpan dalam berbagai bentuk...utamanya berupa berton-ton emas dan perak dalam silo-silo rahasia sehingga sulit dilacak dan dibekukan. Mereka juga berhasil menguasai ladang-ladang minyak di Irak yang kemudian mereka jual dengan harga murah di pasar gelap. Dalam sehari, menurut peritungan antiwar.com, sebuah pegiat anti perang berbasis di New York, penghasilan ISIS saat ini dalam sehari bisa mencapai 20 juta dollar dari penjualan minyak saja.