Suatu ketika, satu anak di kelas saya merobek kertas yang seharusnya ia kerjakan. Teman-teman lainnya pun langsung mengadu ke saya. Selanjutnya ketika yang lain selesai mengerjakan tugas di kertas tersebut, saya periksa dan berikan cap lucu. Anak ini kemudian memberikan kertas yang sudah robek kepada saya berharap mendapatkan cap. Lalu saya berkata "Saya tidak bisa menilai pekerjaanmu karena kamu sudah merobek kertasmu," tentu saja ia kesal karena tidak mendapat cap. Lalu saya bertanya, "Tahu tidak kenapa tidak dapat cap?" ia akan menjawab, "Karena merobek kertas.", "Lain kali kalau ingin mendapat cap, apa yang harus dilakukan?", dia menatap saya dan berkata "Jangan robek kertasnya."
Tentu ada beberapa guru yang menerapkan hukuman seperti duduk di kursi hukuman selama 2-5 menit kalau ada yang berbuat nakal di kelas. Itupun bisa dilakukan, dengan catatan anak tersebut mengetahui kenapa ia dihukum, dan kenapa ia tidak bisa mengulangi perbuatannya.Â
Bagian ini pun masih rumit untuk saya praktikan. Terkadang saya melakukannya dengan tepat dan kadang tidak, saya pun masih perlu banyak belajar di bagian ini.Â
Masih ada banyak hal yang harus dipelajari di buku ini. Tapi saya rasa, tips-tips ini adalah yang terbaik yang saya dapatkan dari buku ini dan pengalaman asli saya. Saya harap tulisan ini bisa membantu siapapun yang berinteraksi dengan anak-anak. Semoga bermanfaat.
Sumber:
Faber, Adele & Mazlish, Elaine. (2012). How to Talk so Kids Will Listen & Listen so Kids Will Talk. New York: Scribner.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H