Mohon tunggu...
Aviva Lyla
Aviva Lyla Mohon Tunggu... -

(dulu) senang baca, menulis, makan, melamun, dan tidur. punya blog di: kalamata.me & doktr.in

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Katartik - Siklon

27 Januari 2012   14:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:23 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mengapa kalian, orang-orang yang merasa berada di jalan yang benar, selalu merasa bahwa hanya kalianlah yang berhak mempunyai Tuhan, selalu mengatas-namakanNya atas semua yang kalian lakukan. Kalian telah memonopoli Tuhan untuk diri kalian sendiri. Sadarilah saudaraku. Tuhan itu benar-benar Maha Pencipta. Dialah yang menciptakan segalanya. Baik dan buruk, benar dan salah, jahat dan saleh. Tuhan adalah semuanya. Tuhan tidak hanya ada saat kau memuja kepadaNya, Dia juga ada, ketika kami, orang-orang yang kau sebut jahat, melakukan kesesatan di dunia. Tidak ada satupun keadaan dan kejadian di alam semesta ini yang tidak atas karenaNya. Apapun yang kau lakukan atau kulakukan, semuanya hanya karenaNya. Tidak ada bedanya kebaikanmu dan kejahatanku. Tidak ada bedanya doa-doamu dan caci-makiku. Tidak ada bedanya ibadahmu dan kebiadabanku. Tidak ada bedanya. Semuanya kembali kepadaNya. Aku hanyalah sekedar tangan Tuhan yang lain.”

Laki-laki pertama itu terkesiap. Ia tak pernah menyangka akan mendapatkan jawaban-jawaban seperti itu dari orang yang ingin membunuhnya. Lubang di kedua lututnya semakin mengeluarkan banyak darah. Mulai menggenang. Matanya, mulai mengunang.

“Siapa kau sebenarnya ? Apakah kau suruhan orang-orang itu ?”

“Bukan, tentu saja bukan. Seperti kubilang tadi, aku hanyalah tangan Tuhan yang lain.”

“Tangan Tuhan yang lain, apa maksudmu ?”

“Kau adalah salah satu dari sedikit orang baik yang tersisa. Aku di sini hanyalah untuk menyelamatkanmu.”

“Membunuhku, menyelamatkanku, mana yang kau pilih, heh ?”

“Seperti kukatakan tadi, semuanya sama saja. Semuanya sama, seperti juga manusia. Semua manusia itu pada dasarnya sama saja. Pengabdi, pendosa, peziarah, perampas, pertapa, pengkhianat, pengadil, penjahat, tidak akan dapat terlepas dari keniscayaan mereka sebagai manusia. Setiap manusia mempunyai suatu garis batas tertentu. Jika mereka sampai pada garis tersebut, mereka akan mampu melakukan apa saja. Semua kebaikan dan kebenaran yang selalu mereka yakini tidak akan ada gunanya. Yang membedakan manusia adalah, apakah takdir akan mengantar mereka menuju garis itu atau tidak. Dan tugasku disini adalah menyelamatkanmu, memastikan agar kau tidak akan menemui garis itu.”

Perih di kedua lutut laki-laki pertama mulai menjalar keatas. Darah yang terus keluar mulai menguras tenaga dan kesadarannya. Laki-laki kedua terus berbicara.

“Saat ini kau adalah orang yang baik, melakukan banyak kebaikan untuk orang lain. Tapi semakin lama kau hidup, semakin terancam semua kebaikan yang telah kau lakukan. Hanya tinggal masalah waktu ketika godaan-godaan itu datang menyerbu. Kebanggaan, kesombongan, kedengkian, dan keserakahan. Saudaraku, hidup ini adalah candu, membuatmu selalu menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih. Hanya ada satu jalan yang dapat menghentikannya, kematian. Manusia hanya akan berhenti jika dia telah mati. Maka, membunuhmu adalah menyelamatkanmu”

Laki-laki pertama sudah tidak ingin berbicara lagi. Kesadarannya sudah mulai meninggalkannya. Ia mulai menerima bahwa ajalnya ada di depan mata. Lalu ia teringat sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun