Mohon tunggu...
Navira Restu Ananda Tyana
Navira Restu Ananda Tyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Semester 1 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Dr. Ira Alia Maerani, M. H. (Dosen FTI Pancasila, Universitas Sultan Agung Semarang))

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Massa sebagai Bingkai Sudut Pandang Masyarakat

20 Juni 2022   20:16 Diperbarui: 20 Juni 2022   20:36 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengapa rasa syukur kita harus diukur, dibandingkan, dengan orang lain? Tidak bisakah kita sebatas bersyukur dengan segala yang kita miliki?

"Terima kasih wahai Tuhan, atas segala hal baik dan buruk yang Engkau berikan dalam satu hari ini."

Cukup. Tidak perlu dilanjut. Tidak perlu ditambahkan dengan kalimat "Belum tentu orang lain juga seperti ini", "Belum tentu orang lain mendapatkan kenyamanan seperti ini, bisa saja lebih buruk", dan yang paling sering "Lebih banyak orang yang merasa kekurangan".

Bisakah kita mulai berubah sesuatu dari hal yang kecil? Seperti mengucap syukur sambil menekan ego untuk tidak terlalu membanggakan diri apalagi sampai-sampai membandingkan nasib dengan orang lain yang lebih tidak beruntung.

Iya, penulis tau tentang istilah lama perihal "Jangan lihat ke atas, sesekali lihat juga ke bawah".

Sesekali.

Lalu menjadi sebuah kebiasaan.

Membuat kita merasa bila tidak ada salahnya untuk menjadikan kekurangan orang lain sebagai alasan bagi kita untuk mengucap syukur.

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S An-Nisa ayat 32)

Apakah arti dari membandingkan diri itu sebatas pada diri kita yang melihat ke atas?

Bagaimana bila kita melihat ke bawah, membandingkan dengan orang yang menurut kita tidak seberuntung kita. Melupakan fakta bila dalam pandangan Tuhan, semua mahluk itu sama. Tidak ada satu pun yang spesial di bawah pengawasan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun