Fokus utama pecahnya konflik antara Rusia dan Ukraina pada 24 Februari 2022 tidak lain seperti yang sudah diketahui adalah karena keinginan Volodymyr Zelenskyy agar Ukraina bergabung ke dalam NATO.
Keinginan Zelenskyy agar Ukraina bergabung dengan NATO tidak lepas dari iming-iming keuntungan apabila Ukraina bergabung. Jika Ukraina bergabung maka akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan dibantu oleh semua negara anggota NATO apabila terjadi konflik yang melibatkan militer dan pertahanan negara.
Jika NATO sampai mendirikan pangkalan militernya di wilayah Timur, maka dapat dikatakan akan membuat pertahanan dan perdamaian di wilayah tersebut menjadi membahayakan, oleh karena itu Rusia tidak ingin NATO ada di wilayahnya dan negara di sekitarnya untuk bergabung.
Keinginan bergabungnya Ukraina dalam NATO ternyata bukan salah satu fokus utama yang membuat pecahnya konflik Rusia – Ukraina, melainkan ada banyak faktor yang mendasarinya bahkan terdapat satu faktor menarik di dalamnya.
Isu Permintaan Perlindungan dari Separatis Pro-Rusia
Adanya permintaan perlindungan dari diskriminasi yang dirasakan oleh para kelompok separatis pro-Rusia di wilayah Timur Ukraina menjadi satu dari beberapa fokus dalam pecahnya konflik Rusia – Ukraina.
Vladimir Putin mengatakan bahwa etnis mereka sudah di diskriminasi yang kemudian meminta perlindungan dan bantuan dari Rusia untuk menyelesaikan isu diskriminasi tadi. Para separatis ini juga meminta pengakuan kemerdekaan atas wilayah yang mereka rebut yaitu Donetsk dan Luhansk.
Rusia pada saat itu langsung mengakui bahwa wilayah Donetsk dan Luhansk sudah merdeka dari kekuasaan Ukraina mengingat dulunya masih merupakan wilayah Ukraina.
Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu alasan Rusia untuk melakukan serangan kepada Ukraina untuk segera mengakui kemerdekaan wilayah tersebut dan Rusia sekaligus membantu melindungi para separatisnya dari diskriminasi.
Isu Kerjasama Pipa Gas Alam Jerman – Rusia
Isu ini menjadi fokus yang menarik dalam konflik Rusia – Ukraina karena jika ditelusuri fokusnya bukan Ukraina saja melainkan secara mengejutkan datang dari Jerman di mana antara Jerman dan Rusia pada saat itu juga sedang melakukan kerjasama di bidang gas alam yang dinamakan dengan kerjasama Nord Stream 2.