"Bangsat kau, sudah pandai berbohong ya."
"Siapa yang berbohong, Kang."
"Kau."
"Bohong kau, Kang."
"Kau mau nantang aku ya. Anak ingusan."
Sup tak mau menjawab, ia pun keluar warung lagi dari pintu belakang. Lalu ia mengambil parang yang telah ia taruh didekat pohon pisang, ia pun segera naik pohon jambu depan sebelah kanan pintu.
"Ayo Kang Rojak kalau berani keluar, jangan di dalam warung, ayo diluar!" Tantang Sup. Tanpa pikir panjang Kang Rojak meloncat dari kursinya dan segera keluar tanpa pikir panjang jika Sup telah merancang untuk membunuhnya.
Ketika baru keluar berapa meter dari depan pintu. Dari atas pohon jambu Sup meloncat sambil mengayunkan parang tepat dileher Kang Rojak. Sekali tebas leher Kang Rojak hampir putus. Darah muncrat, tercecer-cecer ke tanah, semua orang menjerit pergi berlari meninggalkan warung, hanya ada Sup dan Kang Rojak yang menggelepar-gelepar. Tanpa bicara, Sup meninggalkan Kang Rojak dengan leher yang hampir putus. Ia pun pergi ke rumah H. Abdul.
Dengan parang yang masih terhunus Sup mendatangi rumah H. Abdul.
"Mbah, mulai sekarang aku sudah tak lagi bisa menggembalakan sapi-sapimu." Kata Sup.
"Kenapa?" Tanya H. Abdul kaget.