"Manusia telah terpecah menjadi bangsa-bangsa dan suku-suku, tapi setidaknya itu bukan berarti menjadi alasan untuk saling menguasai namun lebih indah untuk saling mengenal dan bekerja sama dengan bahasa dan karakter sebagai manusia."
      "Betul itu, Ma. Ayah setuju. Kita berlibur disini bukan hanya untuk jalan-jalan dan bersenang-senang tapi Ayah ada urusan bisnis dengan Mr. Chen Cihong dan besok akan kita temui dirumahnya."
      "Kenapa dirumahnya, Ayah? Tidakkah dikantor atau diruang pertemuan khusus?" Tanya Aura penasaran.
      "Sengaja Mr. Chen Cihong mengundangku dirumahnya. Ia sudah kenal dengan Ayah lebih dari dua puluh tahun dan hubungan Ayah dengan Mr. Chen Cihong sudah sangat dekat, Aura. Dan tentu saja ia akan menjamu kita, spesial lagi untukmu, Aura. Tepat di hari liburan sekolahmu." Jawab ayah tenang.
Di kota Shenzen kau juga menikmati pertunjukan CFC, Carnival Parade atau Pawai Karnaval Budaya. Kau menjerit-jerit histeris ketika melihat tari-tarian tradisional yang diperagakan dengan main egrang, lincah dan menjentik-jentik, lucu namun energik. Tak kalah hebat Dewa Monyet, Sun Go Kong juga muncul dengan adegan-adegannya yang agresif dan penuh atraktif, meloncat-loncat kesana-kemari, lincah tiada tanding persis seperti suasana dalam stasiun televisi swasta yang biasa kau lihat sore menjelang maghrib dirumah. Kau menjadi bagian dan berperan sebagai penonton.
      "Ayah, itu Sun Go Kong, hebat." Teriak Aura.
      "Iya. Luar biasa." Jawab ayah.
      "Itu ada lagi putri-putri kerajaan, Ayah. Cantik-cantik seperti karnaval dibulan Agustus di kota kita."
      "Itu, selir-selir dari Dinasti Tang, Aura."
      "Apa itu selir?"
      "Selir itu istri raja, Aura." Jawab mama.