Mohon tunggu...
Aura Maulida Izzati Kostelani
Aura Maulida Izzati Kostelani Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 28 Jakarta

SMAN 28 Jakarta, XI MIPA 5, No. absen 07

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen: Ares dan Peri Usil

23 November 2020   15:41 Diperbarui: 23 November 2020   15:53 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Drap drap drap bruk "Aaakkhh" Desis Ares yang menahan sakitnya karena terjatuh. "Sudah dibilang, jangan lari-lari kalau di tangga! Di mana bagian yang lukanya? Sini Bunda lihat" Omel Bunda Sarah sembari membantu Indra untuk bangun  "Aku gak luka kok! cuma biru saja!" Tepis Indra dan langsung kabur menuju pintu belakang "Areees!, aduh anak ini" Keluh Bunda Sarah. Bunda Sarah merupakan satu-satunya pengurus di panti asuhan ini. Karena Panti Asuhan ini terletak dipinggiran desa dan jarang ada orang yang berlalu-lalang. Tak heran jika tidak ada yang mau mengurusi panti asuhan ini.

pyaar "Hueee Bundaa, Ares memecahkan keramik ku!" Teriak Inez sembari menangis sejadi-jadinya. Karena takut dimarahi oleh Bunda, maka Ares kembali berlari, sekarang Ia menuju ruang dapur. Di sana Ia melihat beberapa cookies sudah tersedia di atas meja. Ares ingin segera melahapnya, namun tangannya ditepis oleh Ulva yang tiba-tiba ada disampingnya "Cuci tangan dulu sebelum makan!" Ulva mengingatkan.

"Iya iya, cerewet banget sih" keluh Ares. "Hati-hati lho Res, kalau kamu suka berbuat usil dengan orang, nanti kamu didatangi oleh peri usil" Ulva memberitahu dengan wajah serius. "Hahaha apaan sih? Tiba-tiba begitu. Gak jelas." Tawa Ares dengan wajah meremehkan. 

"Aku serius! siapa tahu sang peri akan mendatangimu lewat mimpi" Kata Ulva sembari ikut mengambil cookies  "Wahaha aduh, sakit perutku mendengar omonganmu yang makin gak jelas" Tawa Ares semakin kencang  "Huh, ya sudah kalau gak percaya" Jawab Ulfa tak peduli "Hahaha, kalau begitu aku mau tidur siang dulu. Siapa tahu bisa bertemu dengan sang peri usil" Ares menjawab dengan cekikikan.

Ares segera pergi ke kamarnya. "Hahaha peri usil, aneh sekali" tawa Ares dalam hati. 

"Ares, bangun sudah waktunya makan malam, yuk makan!" Bunda Sarah berusaha membangunkan Ares. "Hah, sejak kapan sudah malam?" Tanya Ares dalam hati, dengan setengah sadar dan masih bingung, Ares mengiyakan ajakan Bunda Sarah. Saat sedang makan terlihat salah seorang anak mengambil soup bagian Ares, "Hei, apa yang kau lakukan kembalikan soup ku!" Ares segera merebut soupnya dari anak tersebut. Saat sedang adu tarik, tiba-tiba Ares terpeleset, Soup itu pun tumpah dan mengenai baju Ares. 

Anak tersebut pun cekikikan melihat Ares yang sudah setengah basah karena tumpahan soup. Ia memperhatikan benda bulat yang membuatnya terjatuh, "Hah ini kan roda dongkar mainanku" kejut Ares dalam hati. Lalu terlihat Inez yang sedang menahan tawa. Muka Ares merah menyala ia tidak bisa lagi menahan marah, lalu melemparkan mangkuk yang tadi berisikan soup, ke atas meja. 

Ternyata, mangkuk tersebut tepat mendarat di atas panci besar yang juga berisikan  soup dan jauh lebih banyak serta keluarlah isi dari panci besar itu, lalu semua yang ada di meja makan terkena cipratan soup tersebut, termasuk Ares. Ares merasa bingung karena Bunda Sarah dari tadi diam saja, namun rasa takut terkena marah  oleh Bunda jauh lebih besar daripada rasa bingungnya. 

Ares segera berlari menuju dapur. Saat berlari Ares menabrak seseorang yang sepertinya sama-sama sedang berlari, "Aduh" Ringis Ares "Tidaak, pena ku retak!" teriak orang tersebut "Ulfaa! Kenapa kau jadi begitu besar" Teriak Ares tidak percaya. "siapa kau? dan siapa itu Ulfa?" Tanya orang tersebut terheran-heran. "HAH!?" Ares semakin bingung. "Jadi siapa kau?" Tanya Ares kembali. "Aku? Tentu saja Tera si Peri Usil, dan kau sedang menghancurkan aksi ku dalam berbuat usil" Peri Tera menunjuk Ares dengan kesalnya. 

Mulut Ares terbuka lebar, ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya "Peri Usil? Yang benar saja?" tanyanya dalam hati. "Kau sebaiknya merahasiakan ini dari yang lain, aku mendapatkan laporan dari Negeri Awan, bahwa ada anak yang sangat usil di tempat ini. Maka tugasku adalah mengusili anak tersebut agar ia jera dengan perbuatannya, apalagi perbuatan usil yang sudah kelewatan. kalau tidak salah namanya Aris... Arus... Airis? oh namanya Ares, apakah kamu mengenalnya nak?" Tanya Tera si Peri Usil. Ares tidak percaya bahwa peri usil mendatanginya untuk membuatnya jera. "Aku Ares!" Ares berteriak dengan kepala tertunduk "Waduh salah orang aku" Tera sang Peri Usil menepuk dahinya. 

"Ok begini nak, jadi aku ini sedang membuat beberapa jebakan untuk dirimu, orang-orang yang telah kamu usilin sampai sakit hati akan kumasukan bola ajaib ini" Peri Tera menunjukan bola-bola yang keluar dari penanya yang patah itu. "Nah bola tersebut baru kumasukan kepada tiga orang, Bunda Sarah, Inez, dan dirimu sendiri" Jelas sang peri. "Hah aku sendiri? Bagaimana caranya?" Tanya Ares terheran-heran "Nah itu dia kesalahanku, aku malah memasukan bola tersebut kepada dirimu sendiri yang seharusnya merupakan target" Jelas Tera. "Memang apa yang akan terjadi kalau kau memasukan bola ajaib tersebut?" Tanya Ares semakin penasaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun