"Perlawanan kita akan panjang dan menyakitkan, tetapi apa pun pengorbanannya, betapa pun perjuangannya, kita akan berjuang sampai akhir, sampai Vietnam sepenuhnya merdeka dan dipersatukan kembali."Â -- Ho Chi Minh.
Kita semua sepakat bahwa perang pasti butuh pengorbanan dari dua sisi yang bertarung, dan tentunya berjatuhan korban jiwa.
Sebagian telah menjadi sejarah, dan sebagian masih berlangsung hingga sekarang. Tapi dari sekian banyak perang yang terjadi, apa yang menurutmu paling tidak bisa dimaafkan?
Bagi saya adalah, ketika perang tersebut membunuh populasi dan menimbulkan trauma bagi masyarakat sipil.
Inilah yang dialami Vietnam.
Oh, tidak sekadar trauma... tapi merenggut masa depan dan berdampak pada generasi berikutnya.
Walaupun perang tersebut telah usai 50 tahun yang lalu, Kita masih bisa melihat dengan mata kita sendiri dan masih bisa kita raba oleh tangan kita.
*Artikel ini memuat gambar yang tidak menyenangkan. Tapi sebuah kejahatan dalam bentuk apapun, tidak akan bisa ditutupi.
Ho Chi Minh City; Kota yang dinamis, dipenuhi gedung-gedung bertingkat, ramai, jalan disesaki oleh pemotor. Begitulah hasil gambar yang akan kita dapat ketika mengetiknya di mesin pencarian Google.
Kota ini adalah yang terbesar di Vietnam. Sebelum dulunya bernama Saigon (dibaca: Sai Gong), kota ini pernah disebut sebagai Prey Nokor (kota hutan). Pantas saja, kota ini banyak pohon-pohon tinggi menjulang.
Namun, Keindahan kota ini menyimpan memori kelam yang menyesakkan dada. Yaitu perang. Karena itulah saya sejak dulu ingin mengunjungi kota ini...
Ngomong tentang Vietnam, Di belahan bumi manapun, dunia pasti tahu bahwa saat kita menyebut Vietnam, pasti yang terlintas adalah perang Vietnam, The Vietnam War.
Dengan misi mulia menumbangkan komunisme di Asia Tenggara, Amerika Serikat dengan gagahnya mengirimkan tentaranya untuk menyerang Vietnam (beserta Laos dan Kamboja).
Tapi siapa sangka, Vietnam tidak bisa dikalahkan dengan mudah.
Di Ho Chi Minh City inilah jejak perjuangan itu bisa kita lihat. Berjarak 50 kilometer dari pusat kota, para pejuang Viet Cong membangun jaringan terowongan persembunyian yang total panjangnya hingga 250 kilometer.
Terowongan ini disebut Cu Chi Tunnel. Karena begitu populernya perang Vietnam, setiap tahun kawasan ini dikunjugi lebih dari 1 juta turis.
Untuk berkunjung ke sini, kami mengambil paket tour agar bisa memahami lebih baik tentang konflik tersebut. Selain mengunjungi Cu Chi Tunnel, tour ini juga mengajak saya ke Kuil Cao Dai yang bisa dibaca di sini: Selayang Pandang tentang Vietnam, Komunis tapi Tidak Ateis
Betul, Amerika Serikat adalah negara yang memiliki militer terkuat di dunia, dulu dan masih hingga sekarang.
Tapi kalau berbicara taktik perang, pejuang Viet Cong punya acara yang cerdik dan bikin kita geleng-geleng kepala!
Selama perang berlangsung, pejuang kemerdekaan Vietnam bergerak secara sembunyi di bawah tanah, melakukan penggalian terowongan, dan menjadikannya sebagai markas tentara mereka, Viet Cong.
Yang menakjubkan, persembunyian mereka sangat sempurna!
Akses terowongan disamarkan dengan dedaunan dan dibuat sangat sempit, yang membuat pihak musuh (Amerika), karena mereka bertubuh besar, tidak mampu memasukinya.
Jebakan-jebakan ini sebenarnya tidak bermaksud membunuh tentara musuh. Meskipun tubuhnya sudah tertembus besi dan sekarat, tapi sebagai pemancing agar teman yang lain datang untuk menolong. Kalau tidak ikut terperosok, mereka akan trauma melihat penderitaan temannya.
Jika di Cu Chi Tunnel kita diceritakan tentang kecerdikan pejuang Viet Cong menggunakan alat yang sederhana melawan tentara Amerika, di Museum ini kita diperlihatkan foto-foto penderitaan masyarakat Vietnam semasa perang terjadi.
Pada lantai dasar museum, kita diperlihatkan eksibisi yang berisi pesan-pesan perdamaian dari seluruh dunia yang menentang agresi Amerika kepada Vietnam.
Kita juga diperlihatkan eksibisi pengakuan veteran perang dari Amerika bahwa ada yang tidak beres pada perang tersebut.
Dalam museum tersebut juga dipamerkan surat dan foto dari Amerika. Dari warga biasa, mahasiswa, hingga seniman turun ke jalan melakukan demonstrasi untuk menghentikan perang tersebut berakhir.
Beranjak ke lantai satu dan dua, di sinilah tempat di mana saya atau pengunjung lain tidak dapat berkata-kata.
Di kedua lantai ini kita diperlihatkan Kebenaran Sejarah dan Wilayah yang terdampak perang.
Meski museum ini dikunjungi lebih dari 1 juta pengunjung setiap tahunnya, tapi suasana di sini terasa sepi. Atau lebih karena sedih.
Saya pun banyak merenung... Melihat foto yang dipajang satu persatu. Bagaimana perang telah menghancurkan semuanya.
"Mereka tengah bersiap menembak orang-orang ini", kenang fotografer Ron Haeberle.
"Saya Berteriak, 'Tunggu dulu!', kemudian saya memotret mereka. Begitu saya berjalan, saya mendengar suara tembakan. Terlihat dari sudut mata saya orang-orang ini terjatuh. Tapi saya tidak berani berbalik melihat".
Bagian yang paling menyedihkan adalah tentang: Agent Orange
Selama perang berlangsung, Vietnam dijadikan sebagai tempat eksperimen militer Amerika Serikat untuk menguji senjata kimia. Tujuannya untuk mengukur seberapa berhasil target mereka dalam menggempur warga jika terjadi perang berikutnya.
"Namun dampaknya jauh lebih parah daripada itu. Ribuan pasukan AS dan Vietnam jadi sakit akibat Agent Orange. Mereka mengalami sakit di bagian hati, masalah kulit, dan komplikasi kesehatan lainnya. Warga sipil banyak mengalami keguguran, mati saat lahir, dan cacat bawaan sejak lahir."
"Setelah perang saya mencoba melupakan dan mengatur kembali hidup. saya fokus dengan karir dan melakukannya dengan sepenuh cara. tapi seperti minyak di air, memori itu selalu timbul setiap saat.
Hari ini di Vietnam. Seseorang bisa merasakan rahasia, membatin, dan tidak mampu diungkapkan oleh kita sesama. inilah tempat yang membuat saya tersentuh sangat dalam. Perang Indochina membuat saya mencintai orang-orang dan negara ini.
Ini sungguh paradoks. Ketika saya membuat film 'Dien Bien Phu' dengan orang-orang Vietnam pada tahun 1991, Saya beritahu mereka: Tanah Anda, Bumi Vietnam, telah mengambil beberapa air mata saya, beberapa keringat saya dan darah saya. Itulah mengapa saya merasa seperti di rumah ketika di sini."
- Pierre Schoendoerffer
Pada akhirnya, perang meninggalkan kerugian dan penyesalan. Bodo amat kita mau di pihak yang mana. Kita perlu melihat dari dua sisi.
Apakah mendukung agresi Amerika Serikat yang bertekad memusnahkan paham komunis di Indochina, tapi melakukan kejahatan perang? Atau mengagumi perjuangan tentara Viet Cong yang berpaham komunis demi menyatukan Vietnam?
Kini, 50 tahun setelah perang berakhir, kedua negara sudah berdamai dan menjalin kerjasama. Tapi tetap saya merasa iba terhadap generasi korban perang, agent orange, tidak dapat dimaafkan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H