Mau marah-marah gegara orang berdiri diam di sisi kanan eskalator? Hold your breath.
Di Jepang malah lagi kampanye berdiri di dua sisi eskalator
(Hadehh.. gagal SJW dah. Padahal baru pulang dari Singapur lalu mau menyebar ilmu di jagad maya Indonesia) pic.twitter.com/sB0O9mLNpK--- Arsya (@social_junkee) July 9, 2019
Tapi ini belum tentu bagus untuk Jakarta
Peraturan ini memang baik untuk keselamatan. Alasan Tokyo mengampanyekan itu karena banyak kasus cedera, mereka terlalu cepat berjalan mengejar kereta. Tidak heran, masyarakat Tokyo sungguh menghargai ketepatan waktu.
Padahal bila mereka tertinggal kereta, bisa saja mereka menunggu 3 menit lagi karena headway kereta yang sering.
Pertama, Kalau ini diterapkan di Jakarta. Headway Commuter Line pada jam tertentu sangat jarang, bahkan bisa 20 menit. Sedangkan MRT Jakarta 10 menit sekali. Bayangkan jika jalur berjalan di eskalator tidak dibuka, akan banyak waktu yang terbuang.
Kedua, fasilitas eskalator dan tangga di stasiun-stasiun Commuter Line dan MRT Jakarta masih terbilang sedikit jika dibanding London Tube, MTR Hong kong, Tokyo Metro, dan MRT Singapura. Di Luar sana, eskalator bisa ada berjejer 4.
Bayangkan jika tidak ada jalur ekspress, orang-orang akan menunggu lebih lama. Kalau sedang terburu waktu untuk transit dari stasiun MRT Dukuh Atas ke stasiun Commuter Line Sudirman untuk ke Bogor, mau ketinggalan kereta dan menunggu lagi 20-30 menit hanya karena diam di eskalator?
Di Tanah Abang saja, orang berebut naik eskalator untuk mengejar transit ke Bogor/Duri atau ke Rangkasbitung. Teriak penumpang terdengar nyaring menegur mereka yang lelet dan santai. Terkadang kedua jalur justru digunakan untuk berjalan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!