Loh! Gimana nih?
Alasannya adalah keselamatan dan penghematan. Berjalan di eskalator membahayakan, bahkan banyak yang cedera terjatuh karena terlalu cepat. Selain itu eskalator jadi mudah rusak dan tidak awet karena tidak seimbang di kedua sisi.
Baca:Â IYA, IYA, NAIK ESKALATOR EMANG HARUSNYA DIEM AJA
Di London, Kampanye ini diuji coba pada tahun 2016 lalu selama enam bulan di stasiun Holborn (mungkin seperti stasiun Tanah Abang, sangat sibuk dan besar). Stasiun ini memiliki eskalator terpanjang.
Di dalam laporan Tirto.id, disebutkan pengelola transportasi London terinspirasi dengan Mass Transport Railway (MTR) Hong Kong yang sudah menerapkan aturan berjalan di eskalator sejak tahun 2015.
Dari uji coba tersebut ternyata dapat memecah traffic lebih cepat, waktu tunggu yang lebih cepat, dari 138 detik untuk mengantre menjadi hanya 59 detik.
Berdiri di kedua sisi eskalator mampu mengurangi kemacetan sekitar 30 persen. Sebelumnya, penumpukan manusia selalu terjadi di sisi diam, sebab hanya 40 persen orang yang menggunakan sisi berjalan. Baca selengkapnya di artikel "Berhentilah Berjalan di Eskalator", tirto.id
Namun uji coba ini tidak disambut baik oleh banyak orang. Pengguna yang terbiasa menggunakan sisi berjalan merasa dirugikan. Peraturan ini membuang waktu banyak orang dan mereka merasa bodoh jika hanya diam di sisi yang "seharusnya berjalan".
Perilaku ini nyatanya sulit diubah, karena pengelola London Tube sendiri yang bertahun-tahun menyuruh orang-orang untuk tertib berdiri di sebelah kanan untuk diam. Sehingga sudah menjadi budaya yang toleratif dan positif untuk memberikan ruang sebelah kiri khusus yang berjalan.
Bagaimana Seharusnya Jakarta?
Di Twitter kini viral bahwa Jakarta bisa ikut mencontoh Tokyo Metro yang menerapkan aturan baru untuk diam di kedua sisi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!