Di semifinal, giliran Jerman yang menjadi lawan Inggris. Baru tiga menit laga berjalan, Alan Shearer sudah mampu mencetak gol ke gawang Jerman. Sayang, keunggulan itu tidak bertahan lama karena Stefan Kuntz mencetak gol penyeimbang kedudukan bagi Jerman hanya 13 menit berselang. Skor 1-1 tidak berubah hingga akhir waktu normal dan perpanjangan waktu sehingga Inggris kembali dipaksa menjalani adu penalti.
Berbeda dengan sebelumnya, adu penalti kali ini berlangsung sengit. Lima penendang pertama Jerman semuanya sukses menyarangkan bola ke gawang Inggris yang dikawal David Seaman. Inggris pun demikian, lima penendangnya sukses memasukkan bola ke gawang Jerman.
Stefan Kuntz adalah penendang kelima Jerman. Setelahnya, tibalah giliran Southgate yang tampil sebagai penendang keenam Inggris. Di hadapan 75,862 penonton yang memenuhi Stadion Wembley, Southgate tanpa banyak gaya langsung mengeksekusi bola dengan tampak percaya diri.
Bola tendangan Southgate bergulir menyusur tanah ke arah sisi kiri gawang Jerman. Nahas bagi Southgate dan Inggris, kiper Jerman Andreas Koepke juga bergerak ke arah yang sama dengan datangnya bola. Hasilnya, bola urung masuk ke gawang karena ditepis oleh Koepke.
Penendang keenam Jerman, Andreas Moeller menjadi tumpuan harapan Jerman sekaligus Inggris. Oleh Jerman, ia diharapkan sukses mengeksekusi penalti dan membawa timnya ke final. Sementara itu oleh Inggris, Moeller diharapkan gagal sehingga adu penalti berlanjut dan Inggris tetap memiliki peluang lolos. Singkat cerita, Moeller berhasil menyarangkan bola. Jerman lolos ke final dan Inggris terhempas.
"Anda mungkin berada dalam pertandingan terbesar yang dimiliki tim selama 30 tahun pada saat itu, negara ini berada dalam gelombang pasang surut emosi dan perasaan yang bagus, dan kemudian Anda meninggalkan stadion dengan perasaan bahwa Anda adalah orang yang pada akhirnya bertanggung jawab atas akhir yang terjadi," kata Southgate pada 2020 seperti dilansir Sky, mengenang momen yang dialaminya pada 1996 sekaligus mengakui perasaan bersalahnya.
"Saya tidak pernah merasa marah, saya hanya merasakan penyesalan, penyesalan mendalam, dan tanggung jawab," ujarnya.
***
Seperempat abad setelah momen tragis itu, Southgate kembali tampil di ajang Euro bersama Inggris. Tentu bukan sebagai pemain melainkan pelatih. Seperti biasa, ekspektasi besar dipikul Inggris dengan harapan juara dan mewujudkan slogan "Football is Coming Home."
Skuad Inggris besutan Southgate punya modal memadai untuk memenuhi ekspektasi itu. Keberadaan pemain-pemain top berpengalaman seperti Harry Kane dan Raheem Sterling hingga bintang muda seperti Mason Mount, Declan Rice, dan Phil Foden tampak lebih dari cukup untuk menaklukkan Eropa. Â
Seperti yang sudah sering dilakukan Inggris, mereka tidak menemui hambatan berarti untuk lolos dari penyisihan grup menuju fase gugur. Kroasia, Skotlandia, dan Republik Ceska semua berhasil dilewati tanpa kekalahan. Angka Kebobolan pun nihil.