Mohon tunggu...
Auliya Solihin
Auliya Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia

Saya adalah seorang Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi yang memiliki kegemaran Nonton Drama Korea dan Menganalisis peristiwa atau kasus di dalam Drama Korea tersebut dan Saya juga Memiliki Hobi Menulis cerita yang terinspirasi dari Drama Korea itu, Mulai dari Deskripsi Tokoh dan membuat Alur cerita yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Binar di Ufuk yang Bersinar

23 Januari 2024   12:56 Diperbarui: 23 Januari 2024   13:07 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Binar di Ufuk yang bersinar.

Tokoh 1: Janya (Gadis, 23 tahun)
Tokoh 2: Kisa (Ibunya, 49 tahun)
Tokoh 3: Liben (Bapaknya, 52 tahun)
Tokoh 4: Nera (Adiknya, 18 tahun)
Tokoh 5: Taksa (Peneliti. Pria yang mendekati Janya, 25 tahun)
Tokoh 6: Labia (Warga Desa, 35 tahun)

Latar tempat: Desa Kurulu, Lembah Baliem, Pegunungan JayaWijaya, Wamena, Provinsi Papua Pegunungan.

Lembah Baliem terletak di lipatan Pegunungan Jaya Wijaya, Provinsi Papua Pegunungan, yang menjadi panggung bagi kisah epik menyentuh kehidupan Janya, seorang gadis muda dengan pandangan mata yang memeluk luasnya langit di ufuk timur. Desa kecil nan cantik tempatnya bertumbuh bernama Desa Kurulu. Desa tersebut seperti sebuah berlian tersembunyi di lipatan atau putaran alam yang tak terjamah, menjadi saksi bisu akan perjalanan cinta dan cobaan yang mengguncang fondasi batin dan fisik mereka.

Janya adalah gadis yang tinggi berkulit coklat. Batinnya penuh dengan impian dan semangat. Memandangi bintang-bintang yang bermandikan sinar malam di lembahnya. Bapaknya Liben adalah seorang pemimpin adat yang mendalami kebijaksanaan alam yang mengajarkan tentang keharmonisan dengan lingkungan dan penghormatan pada leluhur. Ibunya, Kisa pemberi nasihat dengan kelembutan seorang ratu bijak yang menatap masa depan melalui mata hati. Adiknya yang muda, Nera yang menatap dunia dengan mata kecil yang dipenuhi keingintahuan dan gairah.

Dalam pagi yang disapa kehangatan sinar matahari di Desa Kurulu, Lembah Baliem memeluk keindahan di lipatan Pegunungan Jaya Wijaya. Janya adalah gadis muda dengan pandangan mata yang memeluk luasnya langit di ufuk timur, memulai hari dengan penuh semangat.

Janya: “Di pagi yang cerah ini, langit tampaknya berbicara ya pak?”

Liben: “Ya, Janya. Alam ini memiliki kebijaksanaannya sendiri. Seperti leluhur kita yang mendalami keharmonisan dengan lingkungan.”

Janya: “Impian dan semangat penasaranku semakin membesar, seperti bintang-bintang yang bermandikan sinar malam di lembah ini.”

Kisa: “Selamat pagi, anak-anak ku. Matahari membawa pesan kebijaksanaan alam yang tetap bersemi di hati kita.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun