"Eh sekalian gua dong. Ehehe please ya"
"Bantuin yak, lu bisa kan? Please ya biar bener ni kerjaan gua"
"Cuy gua minjem duit lagi dong, yang kemaren-kemaren ntaran lah ya. Sama temen ini ye ga"Â
"Ntar aja dah gua lagi nggak mood, lagi capek. Masa lu gak ngertiin gua?"
"Jualan apa lu? Harga temen yak, diskon lahh diskon jangan pelit pelit"
"Duh gua gak bawa uang, bayarin dulu ya"
"Masa lu gitu aja gak bisa sampe minta bantuan gua?"
Begitulah ya guys, contoh dari sebagian kecil bentuk keresahan dalam lingkup pertemanan yang akhirnya muncul seiring berjalannya waktu.
Makin kita dewasa, maka akan semakin banyak pula orang yang kita temui. Kenal dan menjadikannya sebagai teman karena beberapa alasan tertentu. Alasan "karena senasib" mungkin menjadi top global dari sekian alasan mengapa kita berteman dengan orang-orang yang baru hadir dalam hidup kita.
Sebenernya, apasih makna pertemanan itu? Tanpa perlu mengetahui arti dalam bahasa baku di dalam buku, semua orang pasti paham. Sebagai makhluk sosial, istilah teman seolah-olah hadir tanpa perlu kejelasan lebih lanjut. Dan jika kau tidak tau, mencari definisinya, berarti bisa jadi kau belum menemukan esensinya. Kau harus ingat. Definisi hanya pengantar, esensi atau makna di dalamnya yang harus kau kejar.
Berteman dengan banyak orang memang mengasyikkan. Tapi kalian pernah ga si temenan sama orang yang bener-bener bikin kita ngelus dada? Seperti, "Hadeeeuh mbak mbak, ngebatin banget deh gua ngadepinnya." Sudah kenal lama ataupun baru, pasti ada aja kelakuan 'unik' dari seorang atau bahkan segerombol teman kita yang bikin kita resah.Â
Sekali dua kali mungkin masih it's okey lah yaa. Cuman kalau udah keseringan, hmmm hati-hati tuh, bisa jadi pertemanan kalian selama ini 'toxic'! Mungkin aja selama ini dia hanya memanfaatkan salah satu pihak, yaitu kamu. Oh My God! Jangan sampe deh sist!
Oiya sebelum tau tips untuk menghadapinya, kalian juga harus tau dong apa yang kalian hadapi.
Berikut ini beberapa ciri teman yang berpotensi 'toxic'!
Tidak bisa dipercaya
Terlalu bergantung dan mengandalkan orang lain
Membawa energi negatif dan rasa tidak nyaman
Mempunyai sifat manipulatif (mengendalikan orang lain)
Duh gimana tuh? Teman kalian masuk ke dalam ciri-ciri nggak?
Kalau masuk ini dia tips untuk menghadapi dan mengantisipasi itu semua!
1. Berani bilang 'enggak'
Sepele sih, tapi ini penting banget. Karena beberapa dari kita tuh mungkin jarang banget atau bahkan nggak bisa bilang kata-kata yang berbau unsur penolakan. Contohnya seperti tidak, nggak bisa, nggak mau, nggak sanggup, dan lain sebagainya. Ya emang sih perasaan nggak enakan bakal muncul dengan sendirinya, apalagi orang ini udah deket sama kita. Sebenernya itu normal, yang nggak normal itu kalau udah berlebihan. Jatuhnya jadi kayak maksain diri sendiri dan lama-lama apa yang kita lakuin buat dia tuh serasa nggak ikhlas. Padahal kalau misalkan dia atau mereka deket sama kita, mereka bisa ngerti dong kalau kita juga manusia yang punya keterbatasan?
2. Super baik? Coba pikir pikir lagi
Terima kasih loh ya udah berusaha jadi orang baik untuk temanmu, tapi guys jangan sampai kalian terlalu baik! Sebenernya ini juga hampir sama dengan yang nomor 1. Baik boleh, terlalu baik jangan. Karena nanti takutnya kamu dimanfaatin dan meresahkan diri kamu sendiri. Lagipula dengan bersikap seperti manusia normal yang bisa melakukan penolakan, kamu gak jadi orang jahat kok!
3. Pilah pilih kasih pertolongan
Pernah denger kisah kupu-kupu nggak guys? Yang itu loh, kisah tentang perjuangan serangga yang kecil dan cantik ini agar bisa keluar dari kepompong. Sebagai hewan yang melakukan metamorfosis, sebelum bisa terbang dengan anggun kupu-kupu harus berusaha sekuat tenaga agar bisa keluar kepompongnya. Juga katanya, kalau kita mencoba membantu kupu-kupu tersebut dengan menggunting kepompong, si kupu-kupu malah tidak akan bisa terbang karena sayapnya lemah. Sama seperti manusia, terkadang orang lain harus kita biarkan berjuang sendiri demi kebaikan dirinya. Jadi liat-liat dulu nih, teman kita beneran butuh bantuan gak sih?
4. Berterus terangÂ
Kalau tingkah dia ini sudah cukup bagimu, yaps! Cara terakhir untuk mengakhiri ini semua adalah dengan, SADARKAN DIA BUNDA! Kasih tau aja secara blak-blakan, "Hei kamu tuh gini loh, ngnggak boleh kayak gitu."
Atau boleh juga dengan cara yang sopan, pelan-pelan, pokoknya senyaman kamu aja deh. Ceritakan semua yang kamu rasakan, keluhan dan keresahan yang kamu pendam, tuang saja perlahan. Semoga dia mengerti ya!
Tapi kalau dia nggak bisa mengerti perasaan mu dan malah membenci, menjauhi, atau menimbulkan konflik.
Yaudahh,
5. Tinggalkan dia
"CUKUP MISKAH!" akhiri pertemanan toxic itu secepatnya.
Kalian yang membaca ini pasti sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan. Memilih dan mengeliminasi orang-orang yang sekiranya akan menghancurkan hidup adalah bagian dari pendewasaan diri. Meninggalkan mereka yang seharusnya memang ditinggalkan mungkin memang berat, tapi itu yang harus dilakukan untuk kehidupan kita yang lebih baik.Â
Manusia memang bisa berubah. Namun untuk merubah sifatnya itu bukan kewajiban kita. Kita hanya bisa membantu secukupnya, tidak perlu berlebihan. Dan bisa aja, kepergian kita lah yang membuat dia lebih baik dan dewasa. Oiya jangan terlibat drama yang berlarut-larut ya sist, keep strong! <3
"Aku yakin kamu adalah orang baik, dan berusaha lebih baik.
Dengan kebaikan mu, masih banyak kok orang yang ingin berteman dengan mu.
Lagipula, untuk apa berteman jika kamu sendiri tidak merasakan kenyamanan?" -aku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H