Indonesia sebagai negara yang berkembang memiliki usahanya sendiri dalam mengejar ketertinggalannya di berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang ekonomi. Dalam rangka Pembangunan bidang ekonomi, diperlukan dana yang besar untuk mewujudkan tujuan dari bangsa Indonesia. Untuk menutupi kekurangan tersebut, perlu adanya bantuan dana dalam bentuk hutang luar negeri. Hutang luar negeri tidak dapat dipisahkan dengan proses Pembangunan di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Hutang luar negeri di Indonesia memiliki peran yang penting dalam menutupi deficit anggaran dan deficit transaksi. Namun, tetap saja dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan baik untuk menghindari bunga dan cicilan pokok yang lebih besar daripada jumlah pinjaman baru.
Anggaran defisit berarti pengeluaran suatu negara berjumlah kebih besar daripada penerimaannya. Kondisi ini terjadi Ketika penerimaan rutin dan penerimaan Pembangunan masih kurang dalam mencukupi pembiayaan seluruh pengeluaran pemerintah. Sedangkan defisit anggaran merupakan anggaran yang memang direncanakan untuk defisit karena adanya budget constraint atau pengeluaran pemerintah diharapkan bisa lebih besar dari penerimaan pemerintah. Anggaran yang defisit ini biasanya diadakan Ketika pemerintah berencana untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut biasanya dilakukan Ketika perekonomian berada pada kondisi resesi. Sejak tahun 2003 APBN telah mengalami status defisit. Bahkan bisa dikatakan sudah bertahun tahun dari orde lama, orde baru, hingga pemerintahan saat ini kebijakan defisit telah dijalankan dan dipertahankan sebagai kebijakan anggaran dalam negeri.
Neraca transaksi berjalan Indonesia untuk pembayaran bunga dan cicilan pokok negara cenderung memiliki keadaan defisit dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah dari defisitnya cenderung semakin bertambah. Defisit yang terjadi cenderung diperberat oleh meningkatnya pembayaran hutang pokok dan bunga cicilan hutang luar negeri. Kegiatan impor barang dan jasa yang meningkat lebih cepat dibandingkan dengan proses ekspor juga salah satu penyebab defisit belanja negara menjadi semakin membengkak. Dalam kondisi defisit ini, persediaan devisa dapat membantu mengontrol agar negara tidak mengalami kerugian. Namun persediaan devisa juga bisa semakin menipis seiring berjalannya waktu. Dari hal tersebut, kegiatan impor dan kegiatan pemenuhan keperluan lain bisa terhambat. Sehingga untuk menutupinya sebuah negara perlu melakukan adanya pinjaman luar negeri.
Nilai tukar rupiah atau yang juga disebut kurs rupiah merupakan berpandingan nilai mata uang rupiah dengan mata uang lain. Nilai tukar ini merupakan indicator penting yang mempengaruhi perekonomian suatu negara. Pergerakan nilai mata uang yang bersifat fluktuatif dapat mempengaruhi perilaku Masyarakat dalam menggunakan uang serta juga dapat mempengaruhi suatu negar adalam menstabilkan perekonomian negaranya. Indonesia sebagai negara yang melakukan sistem nilai tukar uang mengambang akan mengalami pergerakan nilai tukar yang tidak stabil. Artinya nilai mata uang rupiah memiliki kemungkinan untuk berubah. Perubahan nilai kurs tersebut disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing dilakukan untuk melakukan pembayaran berskala internasional. Mata uang suatu negara dapat dikatakan kuat Ketika transaksi kredit lebih besar daripada transaksi debit. Begitupula sebaliknya Ketika transaksi debit lebih besar dibandingkan dengan transaksi kredit maka mata uang suatu negara dapat dikatakan lemah.
Hutang luar negeri memotong porsi anggaran negara (APBN) yang besar dalam satu dekade terakhir. Jumlah pembayaran suku bunga bahkan hamper mencapai dua kali lipat dari anggaran Pembangunan dan menggunakan lebih dari separuh penerimaan pajak. Pada tahun 2006, Indonesia sempat mengalami penurunan dalam jumlah hutang luar negerinya. Terdapat tiga alasan yang disampaikan dalam pembayaran hutang, yaitu meningkatnya suku bunga pinjaman, kemampuan Bank Indonesia (BI) dalam membayar cicilan hutang, dan masalah cadangan devisa serta kemampuan negara Indonesia untuk menciptakan ketahanan dalam mempertahankan nilai tukar rupiahnya.
Pengaruh kegiatan pembayaran hutang luar negeri adalah positif. Hal tersebut dikarenakan semakin besar jumlah pembayaran hutang luar negeri maka hutang luar negeri akan menurun. Namun kegiatan pelunasan hutang ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hutang luar negeri Indonesia. Peran oemerintah yang tidak memiliki komitmen dalam melunasi hutang luar negeri merupakan penyebab nilai tukar rupiah bisa mengalami penurunan.
Pemerintah hendaknya melakukan berbagai upaya strategis untuk menjaga utang luar negeri Indonesia agar tidak terus menerus mengalami peningkatan yang tidak terkendali. Salah satu langkah yang diharapkan dapat diambil adalah dengan memanfaatkan utang luar negeri secara optimal melalui peningkatan kualitas belanja (quality of spending). Peningkatan kualitas belanja ini dapat diwujudkan dengan cara mengutamakan penggunaan pinjaman luar negeri untuk kegiatan-kegiatan yang produktif dan memiliki investment leverage yang tinggi.
Investment Leverage yang tinggi berarti bahwa kegiatan tersebut mampu menarik investasi lebih lanjut dan memiliki potensi besar untuk menggerakkan perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian, penggunaan utang luar negeri tidak hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan jangka pendek, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Kegiatan-kegiatan produktif yang dimaksud meliputi berbagai sektor strategis seperti infrastruktur, teknologi informasi, pendidikan, dan kesehatan, yang semuanya memiliki potensi untuk memberikan dampak positif jangka panjang. Misalnya, investasi dalam infrastruktur dapat memperlancar arus barang dan jasa, meningkatkan efisiensi logistik, dan membuka akses ke daerah-daerah terpencil, sehingga mendorong aktivitas ekonomi di berbagai wilayah.
Begitu pula, investasi dalam teknologi informasi dapat meningkatkan daya saing Indonesia di era digital, mempercepat inovasi, dan membuka peluang baru di berbagai sektor ekonomi. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan global, sedangkan investasi dalam sektor kesehatan akan memastikan masyarakat yang sehat dan produktif.
Dengan mengutamakan pinjaman luar negeri untuk kegiatan-kegiatan dengan investment leverage tinggi, pemerintah tidak hanya dapat mengendalikan peningkatan utang, tetapi juga memastikan bahwa utang tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, strategi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang yang tidak hanya berfokus pada pengendalian utang, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dengan demikian, utang luar negeri dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan dan inklusif.