Mohon tunggu...
Aulia Salsabila Gani
Aulia Salsabila Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jember, Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

ENFJ//extroverted and friendly girl who loves spending her time with others and connecting/having fun with all my friends

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Utang Negara terhadap Keberlanjutan Pembangunan di Indonesia

2 Juni 2024   19:25 Diperbarui: 2 Juni 2024   19:25 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia sebagai negara yang berkembang memiliki usahanya sendiri dalam mengejar ketertinggalannya di berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang ekonomi. Dalam rangka Pembangunan bidang ekonomi, diperlukan dana yang besar untuk mewujudkan tujuan dari bangsa Indonesia. Untuk menutupi kekurangan tersebut, perlu adanya bantuan dana dalam bentuk hutang luar negeri. Hutang luar negeri tidak dapat dipisahkan dengan proses Pembangunan di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Hutang luar negeri di Indonesia memiliki peran yang penting dalam menutupi deficit anggaran dan deficit transaksi. Namun, tetap saja dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan baik untuk menghindari bunga dan cicilan pokok yang lebih besar daripada jumlah pinjaman baru.

Anggaran defisit berarti pengeluaran suatu negara berjumlah kebih besar daripada penerimaannya. Kondisi ini terjadi Ketika penerimaan rutin dan penerimaan Pembangunan masih kurang dalam mencukupi pembiayaan seluruh pengeluaran pemerintah. Sedangkan defisit anggaran merupakan anggaran yang memang direncanakan untuk defisit karena adanya budget constraint atau pengeluaran pemerintah diharapkan bisa lebih besar dari penerimaan pemerintah. Anggaran yang defisit ini biasanya diadakan Ketika pemerintah berencana untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut biasanya dilakukan Ketika perekonomian berada pada kondisi resesi. Sejak tahun 2003 APBN telah mengalami status defisit. Bahkan bisa dikatakan sudah bertahun tahun dari orde lama, orde baru, hingga pemerintahan saat ini kebijakan defisit telah dijalankan dan dipertahankan sebagai kebijakan anggaran dalam negeri.

Neraca transaksi berjalan Indonesia untuk pembayaran bunga dan cicilan pokok negara cenderung memiliki keadaan defisit dari tahun ke tahun. Bahkan jumlah dari defisitnya cenderung semakin bertambah. Defisit yang terjadi cenderung diperberat oleh meningkatnya pembayaran hutang pokok dan bunga cicilan hutang luar negeri. Kegiatan impor barang dan jasa yang meningkat lebih cepat dibandingkan dengan proses ekspor juga salah satu penyebab defisit belanja negara menjadi semakin membengkak. Dalam kondisi defisit ini, persediaan devisa dapat membantu mengontrol agar negara tidak mengalami kerugian. Namun persediaan devisa juga bisa semakin menipis seiring berjalannya waktu. Dari hal tersebut, kegiatan impor dan kegiatan pemenuhan keperluan lain bisa terhambat. Sehingga untuk menutupinya sebuah negara perlu melakukan adanya pinjaman luar negeri.

Nilai tukar rupiah atau yang juga disebut kurs rupiah merupakan berpandingan nilai mata uang rupiah dengan mata uang lain. Nilai tukar ini merupakan indicator penting yang mempengaruhi perekonomian suatu negara. Pergerakan nilai mata uang yang bersifat fluktuatif dapat mempengaruhi perilaku Masyarakat dalam menggunakan uang serta juga dapat mempengaruhi suatu negar adalam menstabilkan perekonomian negaranya. Indonesia sebagai negara yang melakukan sistem nilai tukar uang mengambang akan mengalami pergerakan nilai tukar yang tidak stabil. Artinya nilai mata uang rupiah memiliki kemungkinan untuk berubah. Perubahan nilai kurs tersebut disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing dilakukan untuk melakukan pembayaran berskala internasional. Mata uang suatu negara dapat dikatakan kuat Ketika transaksi kredit lebih besar daripada transaksi debit. Begitupula sebaliknya Ketika transaksi debit lebih besar dibandingkan dengan transaksi kredit maka mata uang suatu negara dapat dikatakan lemah.

Hutang luar negeri memotong porsi anggaran negara (APBN) yang besar dalam satu dekade terakhir. Jumlah pembayaran suku bunga bahkan hamper mencapai dua kali lipat dari anggaran Pembangunan dan menggunakan lebih dari separuh penerimaan pajak. Pada tahun 2006, Indonesia sempat mengalami penurunan dalam jumlah hutang luar negerinya. Terdapat tiga alasan yang disampaikan dalam pembayaran hutang, yaitu meningkatnya suku bunga pinjaman, kemampuan Bank Indonesia (BI) dalam membayar cicilan hutang, dan masalah cadangan devisa serta kemampuan negara Indonesia untuk menciptakan ketahanan dalam mempertahankan nilai tukar rupiahnya.

Pengaruh kegiatan pembayaran hutang luar negeri adalah positif. Hal tersebut dikarenakan semakin besar jumlah pembayaran hutang luar negeri maka hutang luar negeri akan menurun. Namun kegiatan pelunasan hutang ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hutang luar negeri Indonesia. Peran oemerintah yang tidak memiliki komitmen dalam melunasi hutang luar negeri merupakan penyebab nilai tukar rupiah bisa mengalami penurunan.

Pemerintah hendaknya melakukan berbagai upaya strategis untuk menjaga utang luar negeri Indonesia agar tidak terus menerus mengalami peningkatan yang tidak terkendali. Salah satu langkah yang diharapkan dapat diambil adalah dengan memanfaatkan utang luar negeri secara optimal melalui peningkatan kualitas belanja (quality of spending). Peningkatan kualitas belanja ini dapat diwujudkan dengan cara mengutamakan penggunaan pinjaman luar negeri untuk kegiatan-kegiatan yang produktif dan memiliki investment leverage yang tinggi.

Investment Leverage yang tinggi berarti bahwa kegiatan tersebut mampu menarik investasi lebih lanjut dan memiliki potensi besar untuk menggerakkan perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian, penggunaan utang luar negeri tidak hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan jangka pendek, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kegiatan-kegiatan produktif yang dimaksud meliputi berbagai sektor strategis seperti infrastruktur, teknologi informasi, pendidikan, dan kesehatan, yang semuanya memiliki potensi untuk memberikan dampak positif jangka panjang. Misalnya, investasi dalam infrastruktur dapat memperlancar arus barang dan jasa, meningkatkan efisiensi logistik, dan membuka akses ke daerah-daerah terpencil, sehingga mendorong aktivitas ekonomi di berbagai wilayah.

Begitu pula, investasi dalam teknologi informasi dapat meningkatkan daya saing Indonesia di era digital, mempercepat inovasi, dan membuka peluang baru di berbagai sektor ekonomi. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan global, sedangkan investasi dalam sektor kesehatan akan memastikan masyarakat yang sehat dan produktif.

Dengan mengutamakan pinjaman luar negeri untuk kegiatan-kegiatan dengan investment leverage tinggi, pemerintah tidak hanya dapat mengendalikan peningkatan utang, tetapi juga memastikan bahwa utang tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, strategi ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang yang tidak hanya berfokus pada pengendalian utang, tetapi juga pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dengan demikian, utang luar negeri dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan dan inklusif.

Pemerintah Indonesia harus berkomitmen untuk memperbaiki dan memperkuat sistem ekonomi, sosial-politik, hukum, dan penegakan hukum yang sudah ada, dengan tujuan agar menjadi lebih baik lagi dan sesuai dengan standar internasional. Perbaikan sistem ekonomi mencakup berbagai aspek, mulai dari stabilitas makroekonomi, kebijakan fiskal yang berkelanjutan, hingga peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan sektor swasta. Di sisi sosial-politik, pemerintah harus memastikan bahwa iklim politik dalam negeri stabil dan mendukung berbagai kebijakan pembangunan yang inklusif serta berkelanjutan.

Selain itu, reformasi hukum dan penegakan hukum yang lebih transparan, adil, dan efektif sangat penting untuk menciptakan rasa aman dan kepercayaan di kalangan investor, baik domestik maupun asing. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten terhadap pelanggaran hukum, korupsi, dan berbagai bentuk kejahatan ekonomi lainnya akan meningkatkan citra positif Indonesia di mata dunia internasional.

Ketika semua sistem tersebut telah mengalami perbaikan yang signifikan dan berfungsi dengan optimal, hal ini akan meningkatkan kepercayaan para investor untuk menanamkan modal mereka di dalam negeri. Investor akan merasa lebih aman dan yakin bahwa investasi mereka akan terlindungi dan berpotensi memberikan hasil yang menguntungkan. Peningkatan investasi ini, baik dari sektor swasta domestik maupun asing, akan berkontribusi langsung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan investasi, pendapatan negara melalui pajak juga akan mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat akan meningkatkan basis pajak, baik dari segi pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN), maupun pajak-pajak lainnya. Pajak, yang saat ini menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), akan semakin memperkuat struktur APBN. Peningkatan penerimaan pajak ini tidak hanya mendukung keberlanjutan fiskal, tetapi juga memberikan ruang bagi pemerintah untuk melakukan berbagai program pembangunan tanpa harus bergantung terlalu banyak pada utang luar negeri.

Dengan demikian, perbaikan menyeluruh pada sistem ekonomi, sosial-politik, hukum, dan penegakan hukum tidak hanya akan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat basis penerimaan pajak negara. Pada akhirnya, negara dapat mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri untuk membiayai berbagai proyek pembangunan. Pengurangan utang luar negeri akan memperkuat posisi fiskal negara, meningkatkan kedaulatan ekonomi, dan memastikan bahwa pembangunan nasional berjalan secara berkelanjutan dan mandiri. Ini semua akan membawa manfaat jangka panjang bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Pemerintah Indonesia harus terus berupaya mencari alternatif lain sebagai sumber pendapatan negara yang lebih berkelanjutan dan tidak terlalu bergantung pada utang luar negeri. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan perdagangan internasional, baik melalui peningkatan ekspor maupun pengurangan impor. Meningkatkan ekspor dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas komoditi dalam negeri agar lebih kompetitif dan diminati di pasar dunia. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong para produsen lokal untuk terus berinovasi dan meningkatkan standar kualitas produk mereka, serta memberikan berbagai insentif yang mendukung pertumbuhan sektor ekspor.

Selain itu, pemerintah juga harus memperluas dan memperbaiki jaringan supply chain global. Ini bisa dilakukan dengan memperkuat infrastruktur logistik, seperti pelabuhan, bandara, dan jaringan transportasi darat, yang akan memastikan bahwa produk-produk dalam negeri dapat dengan cepat dan efisien mencapai pasar internasional. Dengan jaringan supply chain yang lebih baik, Indonesia dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi dalam perdagangan internasional, sehingga produk lokal dapat bersaing lebih baik di pasar global.

Selain fokus pada peningkatan kualitas produk dan jaringan supply chain, pemerintah juga harus aktif dalam meningkatkan perdagangan melalui berbagai perjanjian antar negara. Perjanjian perdagangan bebas, kemitraan ekonomi komprehensif, dan kerjasama ekonomi regional dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia. Pemerintah harus terlibat secara aktif dalam negosiasi perjanjian perdagangan internasional yang menguntungkan, serta memastikan bahwa perjanjian-perjanjian tersebut dilaksanakan dengan baik untuk memaksimalkan manfaat bagi perekonomian nasional.

Di samping peningkatan perdagangan internasional, pemerintah juga perlu mendorong peningkatan investasi asing di dalam negeri. Investasi asing dapat memberikan suntikan modal yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan transfer teknologi serta pengetahuan. Untuk menarik lebih banyak investasi asing, pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan memberikan kepastian hukum, regulasi yang jelas dan transparan, serta berbagai insentif fiskal dan non-fiskal yang menarik bagi investor asing.

Dengan meningkatkan perdagangan internasional dan investasi asing, pemerintah dapat menciptakan sumber pendapatan baru yang lebih stabil dan berkelanjutan. Peningkatan ekspor dan investasi asing tidak hanya akan meningkatkan pendapatan negara melalui pajak, tetapi juga akan membantu memperkuat cadangan devisa, mengurangi defisit neraca perdagangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Semua ini akan memberikan dasar yang kuat bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, serta mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri untuk pembiayaan pembangunan. Dengan strategi yang tepat dan implementasi yang efektif, Indonesia dapat mencapai kemandirian ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun