Lalu kemudian beliau memintaku untuk menggerakkan beberapa bagian persendianku yang saat itu masih bisa kugerakkan, mulai dari ujung jari kaki, pergelangan kaki, lutut, pangkal paha, lalu dari ujung jari tangan, pergelangan tangan, siku, bahu, sampai leher dan terakhir di rahangku.
Saat itu bagian tubuhku yang mulai terasa kaku adalah leher, rahang, kedua lutut, pangkal paha kiri, serta pergelangan dan siku tangan kanan. Sang Dokter pun menyarankan agar aku lebih sering bergerak dan melatih semua anggota persendianku untuk memperlambat proses kekakuan itu.
Namun karena tidak ingin terlalu percaya pada vonis tersebut, keluargaku pun sepakat untuk mencoba beralih ke pengobatan alternatif atau nonmedis saja. Mulai dari terapi urut, obat-obatan herbal, berbagai macam suplemen makanan, hingga jamu yang rasanya luar biasa pahit, semuanya dilakukan demi kondisiku agar setidaknya bisa membaik sebelum menghadapi ujian akhir SD dan juga tes masuk SMP nantinya.
Beberapa minggu sebelum Ujian Nasional (UN) tahun ajaran 2006/2007 saat itu, aku diusahakan untuk bisa hadir di sekolah karena harus mengikuti beberapa tahap ujian akhir sebelum UN.Â
Berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja, terkadang aku mencoba berjalan sendiri dengan cara menunduk setengah berlari karena cukup kesulitan melakukannya dengan posisi tegap. Rasanya seperti ada tarikan dibagian pangkal paha kiriku, yang membuatku terpaksa harus sedikit menunduk dan berlari kecil agar setidaknya bisa menutupi kesulitan itu.
Selain pangkal paha, seperti yang sudah kukatakan diawal tadi, saat itu persendian dibagian bahu dan siku tangan kananku pun mulai diserang kekakuan. Membuatku harus menggunakan papan alas ujian di atas meja agar bisa tetap menulis dengan mengikuti posisi tanganku yang mulai sulit digerakkan.
Terkadang juga, aku terpaksa berhenti sejenak karena rasa sakit dan pegal ditanganku, atau bahkan meminta bantuan pada temanku yang menulis soal dari papan tulis, agar aku cukup menulis jawabannya saja.
Terkadang, ada perasaan sedih karena tidak bisa menikmati saat-saat terakhir di sekolah bersama dengan sahabat juga teman-teman lainnya. Namun aku bersyukur karena mereka selalu hadir memberiku semangat serta menawarkan bantuan jika aku merasa kesulitan bahkan tak mampu melakukannya. Meski mereka tak tahu apapun tentang sesuatu yang terjadi padaku, tapi mereka mampu membuatku sejenak melupakan segala hal yang menyulitkan tentang penyakit ini.
Hingga akhirnya saat tiba waktunya Ujian Nasional, selama 2 minggu kami harus berjuang agar setidaknya bisa mendapatkan nilai terbaik, dan lulus dari Sekolah Dasar dengan hasil yang memuaskan.
Beberapa minggu setelah ujian itu, aku akhirnya berhasil lulus dari Sekolah Dasar. Saat itu sempat ada rencana juga untuk melanjutkan ke bangku berikutnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun beberapa minggu setelah mendaftar dan menjelang tes masuk, kondisi kakiku yang tadinya masih cukup mudah kugerakkan, malah jadi semakin kaku dan membuatku semakin sulit berjalan. Yang tadinya kedua kaki merapat, justru makin melebar dan tidak bisa dirapatkan.Â
Hingga pada akhirnya, karena masih harus mengikuti berbagai tahap pengobatan, aku pun harus rela melepas impian itu dan memutuskan untuk belajar hanya di rumah saja lewat buku-buku pelajaran yang ada.