Belajar mengendalikan diri dari cemas stress yang berlebih akibat ketidakpastian akan hidup oleh Henry Manampiring pada bukunya yang berjudul "Filosofi Teras" terjemahan dari Filsafat Stoa menurut penulis yang belum rampung saya baca, karena bentrokan waktu dan banyaknya aktivitas tidak produktif yang saya kerjakan.Â
Nah, Muda-Mudi di era sekarang sering dilanda stress galau overthinking dan rasa cemas pada sesuatu yang seharusnya tidak perlu dipikirkan secara berlebihan. Stress yang merupakan suatu tekanan yang mengganggu keseimbangan dalam hidup jangan terlalu larut dibiarkan menyeluruh menguasai tubuh.Â
Kebanyakan dari remaja hingga orang dewasa mengalami stress dikarenakan hubungan percintaan, orang tua, kolega, maupun persahabatan. Padahal, faktanya stress muncul dibuat oleh penderita itu sendiri. Yang mana penderita hanya melihat sisi gelap suatu kejadian tanpa terlintas hal-hal yang baik nernilai positif di dalamnya. Salah satu penyebab stress yaitu rasa cemas yang berlebihan, perlunya kontrol diri untuk menghilangkan perlahan rasa cemas dalam tubuh dan pentingnya manajemen persepsi ketika cemas.Â
"Bukan stress yang membunuh kita, tapi reaksi kita terhadapnya" (Hans Style) . Tak hanya rasa cemas yang memicu munculnya stress berkelanjutan, adanya rasa khawatir akan masa depan dan depresi juga bisa berakibat fatal bila terlalu larut dibiarkan.Â
Ungkapan menurut seorang ahli yunani tokoh Filsuf Stoa pada bukunya berkata bahwa "Some things are up to us, some things are not up to us" Epictetus, Enchidiron. Yang artinya bahwa ada hal-hal dibawah kendali kita (tergantung pada kita), ada hal-hal yang tidak dibawah kendali kita (tidak bergantung pada kita).Â
Menurut Henry Manampiring menyebutkan beberapa hal- yang masuk ke dalam kedua definisi di atas menurut Stoisisme :
TIDAK di bawah kendali kita:
1. Tindakan orang lain (kecuali tentunya dia berada di bawah ancaman kita).
* Opini orang lain.
*Reputasi/popularitas kita.