- Hasil postest kemampuan pemecahan masalah dan self efficacy siswa masih perlu adanya perbaikan.Â
      - Analisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
   Skor pada indikator mengidentifikasi masalah hanya mencapai skor 42 dan berada pada kategori kurang. Pada indikator merencanakan, skor yang diperoleh yaitu 62 dan berkategori cukup. Pada indikator menyelesaikan masalah, skor yang diperoleh 77 dan berkategori baik. Untuk indikator keempat yaitu mengevaluasi, skor yang diperoleh hanya 26 dan masih berada dalam kategori sangat kurang. Secara keseluruhn, rata-rata ketercapaian indikator pemcahan masalah siswa hanya berada pada skor 56 dengan kategori cukup.  Berdasarkan hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa penelitian pada siklus 1 masih belum memenuhi indicator keberhasilan sehingga dilanjukan menuju siklus 2.Â
   Hasil angket self-efficacy matematis, pada dimensi magnitude, persentase ketercapaian indikator mencapai 56% yang tergolong dalam kategori kurang baik. Pada dimensi stregth, persentase yang diperoleh 68% dan merupakan kategori baik. Untuk dimensi generality, diperoleh skor dengan persentase 62% dan sudah berkategori baik. Secara keseluruham, self efficacy matematis siswa sudah memasuki kategori baik dengan nilai rata-rata mencapai 62%. Dapat disimpulkan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan self-efficacy siswa. Namun, akan dilanjutkan menuju siklus 2 untuk lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, terutama dalam dimensi magnitude.
 Siklus 2Â
   Siklus kedua dilakukan selama dua pertemuan yaitu 31 Juli 2024 dan 7 Agustus 2024. Berdasarkan refleksi siklus 1 terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada siklus 2. Hasil dari pelaksanaan siklus 2 secara rinci sebagai berikut.Â
- Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan siklus 2 peneliti menyusun modul ajar, PPT, dan LKPD berdasarkan refleksi pada siklus 1, dan soal postest untuk evaluasi siklus 2. Peneliti juga melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing lapangan, guru pamong, dan rekan sejawat serta melakukan revisi sesuai saran dan masukan.
- Tahap Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan tindakan penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru model yang
menjalankan pembelajaran sesuai dengan modul ajar yang telah dirancang dan hasil
refleksi pada siklus 1. Perbaikan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 2 yakni sebagai berikut :
- Meningkatkan kemampuan manajemen dan pengelolaan kelas.
- Guru memberikan ice breaking untuk meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan fokus siswa.
- Guru memberikan pengarahan kepada siswa bahwa dalam menjawab soal harus runtut dengan cara menuliskan diketahui, ditanya, jawab, dan kesimpulannya.
- Guru memberikan bantuan yang lebih intens kepada siswa yang membutuhkan bimbingan, dan memberi semangat kepada mereka untuk bisa menyelesaikan permasalahan matematika.
- Guru memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif terlibat dalam pembelajaran, seperi memberi kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, menjawab pertanyaan, prsentasi.
- Tahap Observasi. Tahap observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas kegiatan
pembelajaran baik guru maupun siswa. Kemampuan pemecahan masalah maematika siswa diamati melalui test pada pertemuan kedua siklus 2. Hasil observasi tersebut akan digunakan sebagai bahan untuk reflesi dan merancang rencana tindak lanjut. - Tahap refleksi. Pada tahap ini, data-data yang diperoleh dianalisis guna menentukan keberhasilan penelitian. Secara keseluruhan, proses pembelajaran sudah terlaksana dengan sangat baik dan manajemen pembelajaran yang dilakukan guru sudah lebih efektif daripada sebelumnya, serta kepercayaan diri siswa sudah baikÂ