Mohon tunggu...
Aulia Maharani
Aulia Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Veteran Jawa Timur

Aku Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Veteran Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Politik

Realisme di tengah konflik global, Invasi Rusia Ke Ukraina

27 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Latar Belakang

Pendekatan realisme dalam studi hubungan internasional menekankan bahwa negara bertindak terutama berdasarkan kepentingan nasional dan upaya untuk memaksimalkan kekuasaan dalam lingkungan internasional yang anarkis. "Realisme dalam hubungan internasional terus relevan karena menekankan pentingnya kekuatan dan keamanan dalam sistem internasional yang anarkis."(Fachrie, 2020). Ini sangat relevan dalam konteks invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022. Konflik ini tidak hanya memperlihatkan dinamika politik regional di Eropa Timur tetapi juga menantang hubungan internasional dan kebijakan global secara lebih luas.

Dalam pandangan realis, negara adalah aktor utama yang beroperasi dalam sistem internasional tanpa otoritas pusat yang mengatur hubungan antarnegara. "Realisme berpendapat bahwa negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional dan bahwa kepentingan nasional adalah motivasi utama bagi perilaku negara."(Ikmal, 2024). Invasi Rusia ke Ukraina dapat dilihat sebagai upaya untuk mempertahankan dan memperluas pengaruhnya di kawasan tersebut. Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim bahwa tindakan ini dilakukan untuk melindungi warga etnis Rusia di wilayah Donbass dan Krimea serta untuk mempertahankan keamanan nasional dari ekspansi NATO di Eropa Timur.

Dinamika kekuasaan juga memainkan peran penting dalam konflik ini. Rusia, sebagai kekuatan besar dengan kapasitas militer yang signifikan, berupaya untuk menunjukkan dominasi dan mempertahankan keseimbangan kekuatan yang menguntungkan di kawasan tersebut. Ukraina, di sisi lain, berupaya memperkuat hubungan dengan Barat, terutama Uni Eropa dan NATO, untuk memastikan keamanan dan kedaulatannya.

Konflik ini juga mencerminkan prinsip-prinsip realis tentang anarki internasional dan survival negara. Ketika tidak ada otoritas global yang dapat mencegah konflik, negara-negara cenderung mengandalkan kekuatan militer dan aliansi untuk melindungi kepentingan mereka. Hal ini terlihat dalam respons Barat yang memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan dukungan militer serta kemanusiaan kepada Ukraina.

Selain itu, invasi ini juga mengakibatkan krisis kemanusiaan yang mendalam, dengan jutaan warga sipil Ukraina terlantar dan ribuan jiwa terenggut. Dampaknya meluas ke ekonomi global, mempengaruhi pasokan energi dan stabilitas pasar internasional.

Secara keseluruhan, konflik ini menyoroti relevansi teori realisme dalam memahami dinamika politik internasional dan tindakan negara-negara dalam menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional mereka. Meskipun pendekatan realis menekankan pentingnya kekuatan dan kepentingan, mencari solusi damai melalui diplomasi dan dialog tetap menjadi tantangan yang harus diatasi.

Kerangka Konseptual

Dalam analisis ini, akan digunakan konsep-konsep utama dari teori realisme dalam hubungan internasional untuk menjelaskan peristiwa invasi Rusia ke Ukraina. Konsep-konsep tersebut meliputi:

  • Anarki Internasional

Dalam teori realisme, sistem internasional dianggap anarkis karena tidak ada otoritas pusat yang mengatur hubungan antarnegara. Setiap negara harus bertahan hidup dan mengamankan kepentingannya sendiri dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian. Anarki internasional menciptakan situasi di mana negara-negara merasa perlu untuk meningkatkan kemampuan militer dan menjalin aliansi guna memastikan keamanan mereka. Dalam kasus invasi Rusia ke Ukraina, anarki internasional berperan dalam bagaimana Rusia melihat ancaman dari ekspansi NATO di dekat perbatasannya dan merasa perlu untuk bertindak secara pre-emptif.

  • Kepentingan Nasional

Konsep ini adalah inti dari realisme, di mana setiap negara bertindak untuk memaksimalkan kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional dapat berupa keamanan, kekayaan, dan pengaruh politik. Dalam invasi Rusia ke Ukraina, kepentingan nasional Rusia termasuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur, mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, serta melindungi warga etnis Rusia di Ukraina Timur. Kepentingan ini mendorong Rusia untuk menggunakan kekuatan militer sebagai alat politik untuk mencapai tujuannya.

  • Keseimbangan Kekuatan

Menurut teori realisme, negara-negara berusaha untuk menciptakan atau mempertahankan keseimbangan kekuatan agar tidak ada satu negara yang mendominasi. Keseimbangan kekuatan dianggap penting untuk mencegah perang besar dan menjaga stabilitas internasional. Rusia melihat ekspansi NATO sebagai ancaman terhadap keseimbangan kekuatan yang menguntungkan dirinya. Dengan menginvasi Ukraina, Rusia berusaha untuk mengatur ulang keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut dan menunjukkan bahwa ia masih memiliki pengaruh signifikan.

  • Survival

Prinsip survival adalah inti dari tindakan negara dalam sistem internasional yang anarkis. Setiap negara harus bertahan hidup dalam lingkungan yang tidak pasti dan berpotensi berbahaya. Survival mendorong negara-negara untuk mengadopsi strategi defensif dan ofensif guna melindungi diri mereka dari ancaman eksternal. Dalam konteks invasi Rusia ke Ukraina, survival dapat diartikan sebagai upaya Rusia untuk mencegah ancaman dari NATO dan memastikan bahwa negara-negara tetangganya tetap dalam lingkup pengaruhnya.

  • Kekuatan Militer

Dalam realisme, kekuatan militer dianggap sebagai alat utama untuk mencapai tujuan politik dan melindungi kepentingan nasional. Negara-negara harus memiliki kemampuan militer yang memadai untuk mempertahankan diri dan memproyeksikan kekuatan mereka. Invasi Rusia ke Ukraina menunjukkan penggunaan kekuatan militer dalam bentuk nyata, di mana Rusia mengandalkan kekuatannya untuk mencapai tujuan politik, termasuk penguasaan wilayah dan  intimidasi terhadap lawan-lawan potensial.

Pembahasan

"Invasi Rusia ke Ukraina adalah tindakan yang mencerminkan ketegangan geopolitik yang telah berlangsung lama antara Rusia dan Barat. Konflik ini menunjukkan bagaimana Rusia berusaha mempertahankan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur dan mencegah ekspansi NATO yang dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya." (Hanura, 2022). Dalam konteks invasi Rusia ke Ukraina, teori realisme dapat digunakan untuk menganalisis motif dan tindakan yang mendasari konflik tersebut. Berikut adalah analisis yang lebih mendalam berdasarkan konsep-konsep realisme:

Anarki Internasional dan Survival Invasi Rusia ke Ukraina mencerminkan situasi anarki internasional di mana tidak ada otoritas global yang dapat mencegah tindakan agresif oleh negara. Dalam kondisi ini, Rusia merasa perlu untuk bertindak demi kepentingan nasionalnya dan mempertahankan survival di kawasan yang dianggap strategis. Kekhawatiran terhadap ekspansi NATO yang mendekati perbatasan Rusia menjadi alasan utama yang dikemukakan oleh pemerintah Rusia untuk justifikasi invasi tersebut.

Kepentingan Nasional dan Keseimbangan Kekuatan Rusia berupaya untuk mempertahankan dan memperluas pengaruhnya di Eropa Timur sebagai bagian dari strategi kepentingan nasionalnya. Dalam pandangan realis, invasi ini adalah upaya untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, yang dapat mengganggu keseimbangan kekuatan yang menguntungkan Rusia. Dengan menguasai wilayah Donbass dan Krimea, Rusia berharap dapat mempertahankan posisi tawar yang kuat dalam negosiasi internasional dan memastikan bahwa Ukraina tetap berada dalam lingkup pengaruhnya.

Kekuatan Militer Kemampuan militer yang signifikan memungkinkan Rusia untuk melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina. Penggunaan kekuatan militer ini merupakan salah satu pilar utama dalam pendekatan realis, di mana negara-negara berusaha untuk mencapai tujuan politik melalui dominasi militer. Respons militer yang kuat dari Rusia menunjukkan bahwa negara ini bersedia menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai dan melindungi kepentingan nasionalnya.

Respons Internasional Respons dari komunitas internasional terhadap invasi ini juga dapat dianalisis melalui lensa realisme. Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan dukungan militer kepada Ukraina sebagai upaya untuk menyeimbangkan kekuatan dan mencegah agresi lebih lanjut. Sanksi-sanksi ini bertujuan untuk melemahkan ekonomi Rusia dan mempengaruhi kebijakan pemerintahnya tanpa harus terlibat langsung dalam konflik militer. Dalam pendekatan realis, tindakan ini mencerminkan strategi untuk menjaga keseimbangan kekuatan dan mencegah dominasi oleh satu negara.

Dampak Ekonomi dan Kemanusiaan Konflik ini juga memiliki dampak ekonomi yang luas, baik bagi Rusia, Ukraina, maupun komunitas internasional.  "Invasi ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar, dengan jutaan warga Ukraina terpaksa mengungsi dan ribuan nyawa melayang. Konflik ini juga menyoroti pentingnya solidaritas internasional dan bantuan kemanusiaan untuk mendukung korban perang (Cahyani & Fikri, 2024). Sanksi ekonomi telah menyebabkan penurunan tajam dalam perekonomian Rusia, sementara krisis energi yang diakibatkan oleh konflik ini telah mempengaruhi harga energi global dan mengganggu pasokan. Konflik ini menyebabkan gangguan signifikan dalam pasokan energi global, yang mengakibatkan kenaikan harga minyak dan gas, serta ketidakstabilan pasar energi. Selain itu, krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik ini telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi warga sipil Ukraina, dengan jutaan orang terlantar dan ribuan nyawa melayang. Konflik ini menyebabkan kerugian besar dalam hal korban jiwa, dengan ribuan orang tewas atau terluka. Trauma psikologis yang dialami oleh korban perang, termasuk anak-anak dan orang tua, akan berdampak jangka panjang.

Kesimpulan

Invasi Rusia ke Ukraina adalah contoh nyata dari penerapan teori realisme dalam hubungan internasional. Dalam situasi anarki internasional, negara-negara bertindak berdasarkan kepentingan nasional dan upaya untuk mempertahankan survival. Rusia menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuan politiknya dan menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Eropa Timur. Respons internasional terhadap invasi ini juga mencerminkan prinsip-prinsip realisme, di mana negara-negara Barat berusaha untuk menyeimbangkan kekuatan dan mencegah dominasi Rusia melalui sanksi ekonomi dan dukungan militer.

Konflik ini menunjukkan bahwa dalam sistem internasional yang anarkis, kekuatan militer dan kepentingan nasional tetap menjadi faktor penentu utama dalam perilaku negara. Namun, mencari solusi damai dan diplomasi tetap menjadi tantangan yang harus diatasi untuk mencapai stabilitas dan perdamaian yang berkelanjutan. Melalui analisis realis, kita dapat memahami dinamika kompleks dari konflik ini dan pentingnya strategi politik yang bijaksana dalam menghadapi tantangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun