Selain perilaku individu, daya beli kelas menengah juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi. Menurut laporan dari Bank Dunia pada tahun 2023, kelas menengah Indonesia menghadapi tekanan yang besar dari inflasi, yang mencapai 4,97% pada awal tahun. Kenaikan harga barang dan jasa pokok, seperti makanan dan transportasi, membuat sebagian besar pendapatan kelas menengah digunakan untuk kebutuhan dasar, sementara ruang untuk pengeluaran discretionary semakin menyempit.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa langkah untuk menjaga daya beli masyarakat, termasuk program bantuan sosial dan subsidi. Namun, ini belum cukup untuk sepenuhnya melindungi kelas menengah dari dampak inflasi yang berkelanjutan.
Ada kebutuhan mendesak untuk kebijakan ekonomi yang lebih terfokus pada peningkatan upah minimum dan penciptaan lapangan kerja yang lebih stabil, agar kelas menengah dapat bertahan dan menghindari siklus doom spending yang sering kali dipicu oleh kecemasan finansial.
Mengatasi Tantangan Ekonomi
Salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan meningkatkan literasi keuangan di kalangan Gen Z dan kelas menengah. Banyak orang yang tidak memahami cara mengelola keuangan dengan baik, sehingga mudah terjebak dalam kebiasaan konsumtif.
Pemerintah dan sektor swasta bisa bekerja sama untuk menyediakan program pendidikan keuangan yang mudah diakses dan relevan dengan kebutuhan mereka.
Selain itu, diperlukan kebijakan ekonomi yang mendukung peningkatan daya beli masyarakat. Peningkatan upah yang seimbang dengan inflasi, serta akses yang lebih mudah untuk investasi dan tabungan, bisa membantu kelas menengah menghadapi tantangan ekonomi saat ini.
Dari sudut pandang ekonomi, kelas menengah memainkan peran penting sebagai motor penggerak konsumsi domestik. Di Indonesia, kelas menengah menyumbang sekitar 45% dari total konsumsi nasional pada tahun 2023. Oleh karena itu, keberlanjutan kelas menengah sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi negara ini.
Namun, untuk memastikan bahwa kelas menengah tetap berkontribusi positif bagi perekonomian, diperlukan perubahan perilaku konsumen dan kebijakan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Gen Z, sebagai bagian dari kelas menengah yang sedang berkembang, perlu lebih kritis terhadap kebiasaan belanja mereka dan mengutamakan investasi jangka panjang dibandingkan pembelian impulsif.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengalihkan pengeluaran ke investasi yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang, seperti properti atau instrumen keuangan lainnya.
Selain itu, pelatihan kewirausahaan bagi kelas menengah dan generasi muda juga bisa menjadi solusi untuk mendorong mereka lebih aktif dalam menciptakan peluang ekonomi daripada sekadar menjadi konsumen.