Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doom Spending: Kebiasaan Belanja yang Menjadi Ancaman

2 Oktober 2024   15:28 Diperbarui: 2 Oktober 2024   15:48 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama pandemi COVID-19, perilaku doom spending mengalami lonjakan yang signifikan. Sebuah laporan dari McKinsey pada tahun 2020 menunjukkan bahwa 34% konsumen global yang berusia 18 hingga 24 tahun mengaku berbelanja lebih banyak dari biasanya selama periode lockdown.

Ini terutama terjadi karena adanya kombinasi antara isolasi sosial, ketidakpastian ekonomi, dan kebosanan. Belanja daring menjadi semacam pelarian, tetapi tanpa disadari mengakibatkan tekanan finansial jangka panjang.

Di Indonesia, survei dari Bank Indonesia pada tahun 2021 juga menemukan bahwa 41% dari responden usia 18-29 merasa lebih cemas tentang keuangan mereka selama pandemi, yang kemudian mendorong mereka untuk melakukan pembelian impulsif. Ini diperparah dengan adanya diskon dan promosi besar-besaran yang disediakan oleh e-commerce selama periode tersebut.

Tips Menghindari Doom Spending

Lalu, bagaimana cara kita agar terhindar dari kebiasaan doom spending? Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:

Buat Anggaran Belanja yang Jelas

Untuk menghadapi masalah ini, tidak hanya diperlukan langkah-langkah individu, tetapi juga dukungan dari pemerintah dan sektor keuangan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan literasi keuangan di kalangan Gen Z dan kelas menengah.

Berdasarkan data dari OJK, hanya 38% orang Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang memadai pada tahun 2022. Oleh karena itu, program edukasi keuangan sangat diperlukan untuk membantu generasi muda memahami pentingnya perencanaan keuangan dan risiko dari perilaku konsumtif yang tidak terkendali.

Beberapa bank di Indonesia sudah mulai menawarkan fitur manajemen keuangan yang membantu nasabah melacak pengeluaran mereka secara real-time. Aplikasi seperti Jenius dari Bank BTPN memungkinkan penggunanya untuk membagi pengeluaran dalam kategori yang jelas, sehingga mereka bisa melihat dengan lebih mudah berapa banyak uang yang dihabiskan untuk kebutuhan versus keinginan.

Sebelum pergi berbelanja, pastikan kamu telah menetapkan anggaran yang jelas. Anggaran ini harus berdasarkan penghasilan dan pengeluaran rutin kamu. Dengan memiliki batasan, kamu akan lebih sadar ketika mulai melampaui anggaran tersebut.

Tunda Keputusan Belanja

Jika kamu merasa ingin membeli sesuatu secara impulsif, cobalah untuk menunda keputusan tersebut. Beri waktu satu atau dua hari untuk memikirkan apakah barang yang ingin kamu beli benar-benar penting. Jika setelah beberapa hari kamu masih merasa membutuhkannya, baru lakukan pembelian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun