Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Efek Cetirizine dan Parasetamol terhadap Fungsi Kognitif

7 Agustus 2024   11:58 Diperbarui: 7 Agustus 2024   12:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi/dibuat dengan AI

Fexofenadine adalah antihistamin non-sedatif yang bekerja dengan memblokir reseptor H1 yang bertanggung jawab atas gejala alergi. Penelitian menunjukkan bahwa fexofenadine tidak menembus sawar darah-otak dengan baik, sehingga kecil kemungkinannya menyebabkan efek sedatif (Simons, 2004). Hal ini membuatnya menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang memerlukan antihistamin yang tidak mengganggu fungsi kognitif sehari-hari, seperti bekerja atau mengemudi.

Loratadine juga merupakan antihistamin yang memiliki profil non-sedatif. Seperti fexofenadine, loratadine memiliki kemampuan terbatas untuk melewati sawar darah-otak, sehingga efek kantuknya minimal dibandingkan dengan cetirizine. Sebuah studi oleh Church dan Gradman (1999) menunjukkan bahwa loratadine memiliki efek sedatif yang rendah, menjadikannya pilihan yang sering direkomendasikan untuk penderita alergi yang membutuhkan antihistamin tanpa efek samping yang mengantuk (Church & Gradman, 1999).

Selain itu, desloratadine, metabolit aktif loratadine, juga dianggap sebagai antihistamin non-sedatif dengan efektivitas yang sebanding dan profil keamanan yang baik. Desloratadine menawarkan perbaikan dalam gejala alergi tanpa menyebabkan kantuk yang signifikan, seperti yang dilaporkan dalam tinjauan literatur oleh Frossard dan Stearns (2001) (Frossard & Stearns, 2001).

Secara keseluruhan, fexofenadine, loratadine, dan desloratadine adalah alternatif yang efektif dan kurang sedatif dibandingkan cetirizine bagi individu yang memerlukan pengobatan alergi tetapi ingin menghindari gangguan kognitif atau kantuk. Namun, seperti biasa, konsultasi dengan profesional kesehatan sangat disarankan untuk menentukan antihistamin yang paling sesuai berdasarkan kebutuhan individu dan riwayat medis.

Daftar Pustaka:

Bender, B. G., Berning, S., Dudden, R., Milgrom, H., & Tran, Z. V. (2007). Sedation and performance impairment of diphenhydramine and second-generation antihistamines: A meta-analysis. The Journal of Allergy and Clinical Immunology, 119(3), 742-752. Link.

Church, M. K., & Gradman, J. (1999). Safety and efficacy of desloratadine. Clinical and Experimental Allergy: Journal of the British Society for Allergy and Clinical Immunology, 29(1), 75-80. Link.

Frossard, P. M., & Stearns, T. H. (2001). A review of desloratadine for the treatment of allergic rhinitis, chronic idiopathic urticaria, and asthma. Journal of Allergy and Clinical Immunology, 109(3), 549-557. Link.

Gonzalez, S. (2014). Acetaminophen: A review of the pharmacological properties and clinical efficacy in pain and temperature control. The Journal of Clinical Pharmacology, 54(8), 867-875. Link.

Kay, G. G., & Harris, A. G. (1999). Loratadine: a nonsedating antihistamine. Clinical Therapeutics, 21(5), 867-876. Link.

Simons, F. E. R. (2004). Advances in H1-antihistamines. New England Journal of Medicine, 351(21), 2203-2217. Link.

Taglialatela, M., Timmerman, H., & Annunziato, L. (2000). Cardiotoxic potential and CNS effects of first- and second-generation antihistamines: a review. Pharmacology & Therapeutics, 85(2), 213-228. Link.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun