Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Belajar dari Pencopotan Dekan FK Unair: Tergesa-gesa dan Pertimbangan Akal Sehat

10 Juli 2024   19:50 Diperbarui: 11 Juli 2024   12:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ichef.bbci.co.uk/ace/ws/800/cpsprodpb/e7ad/live/74798030-3c98-11ef-ab50-0fb8ca7ef382.jpg.webp

Kedua, kasus ini juga menunjukkan kecenderungan otoriter dalam kepemimpinan rektor. Alih-alih membangun dialog dan mencari solusi bersama, rektor lebih memilih untuk mencopot dekan yang berbeda pendapat dengannya. Hal ini tentu saja bertentangan dengan prinsip demokrasi dan kebebasan akademik di institusi pendidikan.

Ketiga, kasus ini menimbulkan kekeraguan terhadap kredibilitas dan transparansi dalam pengambilan keputusan di Unair. Masyarakat bertanya-tanya apakah pencopotan dekan benar-benar didasari oleh alasan yang objektif dan profesional, atau hanya karena rektor ingin menunjukkan "kekuasaannya".

Keempat, kasus ini juga menunjukkan lemahnya komunikasi dan koordinasi antara rektor dan Dekan FK Unair. Seharusnya, rektor dan dekan dapat menyelesaikan perbedaan pendapat mereka secara internal, tanpa harus melibatkan publik dan menimbulkan kegaduhan.

Kelima, kasus ini memperkuat kekhawatiran publik tentang kebijakan mendatangkan dokter asing. Banyak yang mempertanyakan apakah kebijakan ini benar-benar solusi yang tepat untuk mengatasi kekurangan tenaga medis di Indonesia, atau hanya untuk kepentingan tertentu.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama para pemimpin, untuk selalu mengedepankan akal sehat, profesionalisme, dan transparansi dalam mengambil keputusan. Kepemimpinan yang otoriter dan emosional hanya akan membawa dampak negatif bagi organisasi dan masyarakat.

Penting untuk diingat bahwa seorang Pemimpin harus mampu mengendalikan diri dan tidak mudah terpengaruh oleh emosi. Seorang pemimpin yang efektif perlu memiliki kendali diri yang kuat, karena keputusan yang diambil dalam keadaan emosional seringkali cenderung kurang rasional dan dapat merugikan banyak pihak. Selain itu, pengambilan keputusan harus berdasarkan pertimbangan logis dan profesionalisme, bukan ego pribadi.

Seorang pemimpin yang bijaksana selalu memprioritaskan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, serta menggunakan data dan fakta sebagai dasar dalam membuat keputusan. Komunikasi dan koordinasi yang baik sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan konflik.

Dalam sebuah organisasi, jelasnya komunikasi dan harmonisnya koordinasi antaranggota tim dapat mencegah terjadinya miskomunikasi yang seringkali menjadi pemicu konflik. Prinsip demokrasi dan kebebasan akademik harus dijaga dan dihormati.

Demokrasi memungkinkan setiap individu untuk menyuarakan pendapatnya, sementara kebebasan akademik memberi ruang bagi sivitas akademika untuk melakukan penelitian dan pengajaran tanpa tekanan eksternal.

Terakhir, transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan sangat penting untuk membangun kepercayaan publik. Ketika proses pengambilan keputusan dilakukan secara terbuka dan pihak yang bertanggung jawab dapat dimintai pertanggungjawaban, maka kepercayaan masyarakat terhadap institusi tersebut akan semakin kuat. Semua ini adalah elemen kunci dalam menciptakan kepemimpinan yang efektif dan organisasi yang sehat.

Antara Tekanan dan Aspirasi

Keputusan Rektor Unair untuk mengangkat kembali Dekan FK Unair setelah beberapa hari pemecatan menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dan ketegasannya dalam memimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun