Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Sebut dan Pertimbangan Akal Sehat

9 Juli 2024   15:04 Diperbarui: 9 Juli 2024   15:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mmc.tirto.id/image/otf/970x0/2024/05/26/antarafoto-pengungkapan-kasus-pembunuhan-vina-260524-rai-3_ratio-16x9.jpg

Kurang perhatian juga bisa menjadi penyebab salah sebut, seperti ketika seseorang tidak cukup memperhatikan saat seseorang memperkenalkan diri. Dalam beberapa kasus, orang sengaja salah menyebut nama orang lain untuk menggoda, menunjukkan rasa tidak hormat, atau menghindari percakapan.

Beberapa Ilustrasi

Ilustrasi 1: Seorang Stand-up Komedian yang Salah Sebut untuk Tujuan Hiburan

Dalam dunia stand-up komedi, salah sebut bukanlah hal yang asing. Seorang stand-up komedian sering kali dengan sengaja melakukan salah sebut sebagai bagian dari penampilannya. Ini biasanya terjadi dalam segmen roasting, di mana komedian membuat lelucon yang tajam dan sering kali mengejek audiens atau rekan mereka.

Salah sebut yang disengaja ini berfungsi untuk menambah elemen kejutan dan tawa, serta memperkuat karakter humor komedian tersebut. Misalnya, seorang komedian mungkin dengan sengaja salah menyebut nama selebriti yang sedang naik daun menjadi nama yang terdengar mirip namun konyol.

Dengan cara ini, komedian menciptakan humor dari ketidaksesuaian dan absurditas, yang merupakan inti dari banyak lelucon. Penonton biasanya menyadari bahwa kesalahan tersebut disengaja dan merupakan bagian dari pertunjukan, sehingga mereka menikmati momen tersebut sebagai bagian dari hiburan.


Ilustrasi 2: Pengadu Domba yang Salah Sebut Nama dalam Perselisihan

Di sisi yang lebih serius, salah sebut bisa digunakan sebagai alat untuk menciptakan konflik. Seorang pengadu domba atau penyusup mungkin dengan sengaja salah menyebut nama seseorang dalam sebuah perselisihan dengan tujuan memanipulasi situasi dan menyebabkan perkelahian.

Contohnya, dalam sebuah kelompok, pengadu domba bisa menyebarkan desas-desus bahwa seorang anggota kelompok telah berbicara buruk tentang anggota lainnya. Dengan salah menyebut nama pelaku atau korban, pengadu domba menciptakan kebingungan dan ketegangan di antara anggota kelompok.

Kesalahan yang disengaja ini bisa memicu kemarahan dan mengarah pada konfrontasi fisik atau verbal, yang memperparah situasi. Pengadu domba tersebut memanfaatkan kerentanan manusia terhadap informasi yang salah dan emosi yang mudah tersulut, demi mencapai tujuannya dalam memecah belah kelompok.

Ilustrasi 3: Hamba yang Salah Sebut Tuhan karena Gembira

Ilustrasi ketiga menggambarkan situasi yang lebih spiritual dan emosional. Seorang hamba yang begitu gembira karena doanya dikabulkan mungkin tergelincir lidahnya dan salah menyebut Tuhan sebagai hamba, dan dirinya sebagai Tuhan. Kesalahan ini terjadi karena perasaan gembira yang berlebihan dan rasa syukur yang meluap-luap. Dalam momen ekstasi spiritual, seseorang bisa kehilangan kontrol atas kata-katanya dan membuat kesalahan yang tidak disengaja.

Meskipun ini mungkin terdengar lucu atau aneh bagi orang lain, bagi orang yang mengalami momen tersebut, itu adalah ekspresi tulus dari kebahagiaan dan keterhubungan dengan yang ilahi. Kesalahan ini mencerminkan betapa dalamnya rasa syukur dan kebahagiaan yang dirasakan oleh seseorang, hingga batas antara dirinya dan Tuhannya tampak kabur.

Ilustrasi 4: Pemimpin yang Salah Sebut Nama Kota atau Istilah

Kesalahan sebut juga sering terjadi di kalangan pemimpin, terutama saat mereka berbicara di depan umum. Seorang pemimpin bisa salah menyebut nama kota atau istilah tertentu karena berbagai alasan, seperti kelelahan, stres, atau momen kelupaan. Misalnya, seorang presiden yang sedang berpidato di sebuah kota mungkin salah menyebut nama kota tersebut dengan nama kota lain yang mirip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun