Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wanita Hebat

11 Maret 2024   12:39 Diperbarui: 11 Maret 2024   12:40 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinihari menjelang subuh yang sunyi,

Sahur menyapa dengan hangat dan lembut.

Sebuah momen sakral, tiada terelak,

Ummi adalah pahlawan sejati.

Pengantar subuh diawali dengan keramaian dapur,

Nutrisi seimbang, porsi tepat, jadi kunci kuat,

Seorang Ibu, tak henti bersiap,

Sebelum fajar menyingsing, kebersamaan tercipta.

Kasih sayangnya mungkin tak terlihat,

Hati, tangan dan pikiran merasakan nyata

Ummi, panggilan mesra, panggilan cinta,

Menyulap dapur bagaikan taman.

Kerelaan terukir dalam catatan ghaib,

Penuh ketelitian dan senyum lembut,

Pukul 03.30, di tengah kantuk menyergap,

Menata kebahagiaan sebelum adzan berkumandang.

Pahlawan sejati, Ummi di keluarga kami,

Menjadi cermin wanita Minangkabau dengan dedikasi tinggi,

Pukul 04.30, Ummi membangunkan keluarga tercinta,

Lauk pauk dan cinta, menyatu dalam keharmonisan.

Ummi, bukan sekadar penyiap sahur,

Namun pilar utama dalam lembaran keluarga,

Pengorbanan dan kebahagiaan bermuara,

Dalam nilai-nilai sederhana, tak ternilai harganya.

Keharmonisan keluarga, cermin dari sahur,

Nasi, lauk pauk, dan kopi menyatu dalam kebersamaan,

Sebuah cerita simpel, namun mengandung kelembutan,

Dalam setiap suapan, terukir rasa cinta dan kebahagiaan.

Sahur, momen mengingatkan kenangan,

Kepada Amak, pelukis kanvas sahur masa kecil,

Sebuah kisah yang tak lekang waktu,

Amak memang telah tiada, namun tetap ada.

Amak, penuh kasih, tangan-tangan terampilnya,

Menjadi lukisan kehangatan dalam udara dingin subuh,

Bukan sekadar makanan, sahur adalah tradisi warisan,

Setiap butir nasi, setiap suapan lauk, membawa kenangan indah.

Momen sahur, jembatan waktu ke masa lalu,

Bak aroma masakan Amak, dan kehangatan dapur,

Sebuah lukisan hidup yang tak lekang oleh waktu,

Bercerita tentang keluarga, warisan, dan cinta yang tulus.

Terima kasih Ummi pahlawan sejati

Pahlawan nyata di setiap keluarga muslim,

Dedikasimu tak tergantikan,

Seperti cahaya sebelum fajar yang damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun