Perjalanan spiritual ini seringkali tidak berjalan sesuai harapan. Kabut tebal akibat semburan gunung Merapi membuat langit berkabut dan berdebu sehingga mengganggu penglihatan.
Kabut tebal letusan Merapi bukan hanya mengurangi visibilitas tetapi juga menambah suasana mistis dalam perjalanan. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan tersendiri, memaksa pengendara untuk melambatkan laju kendaraan dan berhati-hati untuk menghindari kecelakaan.
Sementara itu, jalan yang rusak dengan lubang dan retakan di permukaannya menjadi simbol dari infrastruktur yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah setempat.
*****
Kondisi jalan yang rusak sebelum memasuki Kota Batusangkar juga telah menjadi penghalang tambahan yang tidak terduga bagi mereka yang ingin mengunjungi makam leluhur.
Situasi diperparah oleh truk besar yang menghalangi jalan di depan, tidak mau memberikan peluang mendahului karena keterbatasan ukuran badan jalan.
Truk ini hanya menepi kalau akan berpapasan dengan dengan kendaraan yang berlawanan arah. Selebihnya dia memakan habis tuh jalan. Beberapa kali saya klakson minta jalan tidak dia indahkan.
Ini mengakibatkan perjalanan menjadi lambat sekali sampai persimpangan masuk kota Batusangkar. Setelah melewati area ini, perjalanan kembali lancar menuju Pasia Laweh.
Pasia Laweh ke Batuhampar
Dari Pasir Laweh setelah melakukan ziarah kubur bersama istri ke kuburan almarhum ayahnya dan setelah makan siang di tempat uda istri yang bergelar Datuk Sinaro, kami melanjutkan perjalanan melalui jalan raya Payakumbuh Batusangkar.