Hubungan antara Megawati dan Jokowi, yang telah lama dianggap sebagai mentor dan protege, tampaknya mengalami ketegangan setelah Gibran, putra Jokowi, diumumkan sebagai cawapres Prabowo. Meskipun Jokowi mengklaim bahwa hubungannya dengan Megawati tetap baik, dinamika ini tidak dapat diabaikan dalam analisis politik saat ini.
Dari perspektif strategis, PDIP mungkin melihat bergabung dengan pemerintahan sebagai kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan dan memastikan bahwa kepentingan mereka tetap terwakili. Namun, ini juga bisa berisiko mengurangi identitas mereka sebagai partai oposisi yang kuat.
Bisa jadi jika PDIP bergabung dengan pemerintahan maka dianggap sebagai bentuk kekalahan Megawati dari Jokowi. Imej ini akan melekat kepada para pendukung yang bisa jadi akan mengecamnya dan PDI-P akan semakin ditinggalkan
PDI-P dan PKS sulit menyatu
Ada pandangan yang menyatakan bahwa PKS dan PDI-P, meskipun keduanya mungkin berada dalam posisi oposisi, memiliki tantangan untuk menyatu karena perbedaan ideologi dan basis pemilih yang signifikan. PKS memiliki akar yang kuat dalam nilai-nilai Islam, sementara PDI-P lebih bersifat nasionalis dan sekuler. Perbedaan ini menciptakan dinamika politik yang kompleks dan sering kali mengakibatkan pendekatan yang berbeda terhadap isu-isu nasional.
Selain itu, sejarah politik kedua partai juga menunjukkan jalur yang berbeda dalam politik Indonesia. PDI-P, dengan latar belakang sebagai partai pendiri yang dipimpin oleh tokoh nasionalis, dan PKS, yang tumbuh dari gerakan dakwah dan reformasi, memiliki strategi dan tujuan politik yang berbeda.
Namun, dalam sistem demokrasi, kerjasama antarpartai dengan latar belakang yang berbeda tidaklah mustahil, terutama jika ada isu-isu tertentu yang menjadi kepentingan bersama. Dalam konteks tertentu, koalisi semacam ini dapat terbentuk untuk menghadapi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan rakyat atau untuk memperkuat fungsi check and balance dalam pemerintahan. Namun, kerjasama ini biasanya bersifat situasional dan tidak menunjukkan penyatuan ideologi atau platform politik yang permanen.
Kesimpulan
Dalam sistem demokrasi yang sehat, oposisi yang efektif berperan dalam mengkritik, memberikan masukan, dan memastikan transparansi serta akuntabilitas pemerintah. Keputusan partai-partai politik untuk bergabung atau tidak dengan pemerintahan akan sangat mempengaruhi dinamika politik dan kualitas demokrasi di Indonesia. Dengan perolehan suara yang kuat di parlemen, PKS memiliki potensi untuk menjadi oposisi yang berpengaruh atau sekutu pemerintahan yang strategis, tergantung pada pilihan yang mereka ambil.
Sejarah PKS sebagai partai oposisi telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang meskipun berada di luar pemerintahan. Dengan perolehan suara yang konsisten dari pemilu ke pemilu, PKS telah membuktikan diri sebagai partai yang dapat diandalkan untuk menjalankan fungsi check and balance terhadap pemerintah. Kiprah mereka di masa mendatang akan terus menjadi topik yang menarik untuk diikuti.
PDIP berada di tengah dilema politik yang kompleks. Keputusan mereka untuk bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau tetap sebagai oposisi akan sangat dipengaruhi oleh dinamika internal partai dan hubungan antara tokoh-tokoh kunci PDIP dengan pemerintahan baru. Apapun pilihan yang diambil, ini akan menjadi momen kunci dalam sejarah politik Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H