Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menjadi Oposisi: Sebuah Analisis Historis dan Pragmatis

5 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 5 Maret 2024   05:03 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan antara Megawati dan Jokowi, yang telah lama dianggap sebagai mentor dan protege, tampaknya mengalami ketegangan setelah Gibran, putra Jokowi, diumumkan sebagai cawapres Prabowo. Meskipun Jokowi mengklaim bahwa hubungannya dengan Megawati tetap baik, dinamika ini tidak dapat diabaikan dalam analisis politik saat ini.

Dari perspektif strategis, PDIP mungkin melihat bergabung dengan pemerintahan sebagai kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan dan memastikan bahwa kepentingan mereka tetap terwakili. Namun, ini juga bisa berisiko mengurangi identitas mereka sebagai partai oposisi yang kuat.

Bisa jadi jika PDIP bergabung dengan pemerintahan maka dianggap sebagai bentuk kekalahan Megawati dari Jokowi. Imej ini akan melekat kepada para pendukung yang bisa jadi akan mengecamnya dan PDI-P akan semakin ditinggalkan

PDI-P dan PKS sulit menyatu

Ada pandangan yang menyatakan bahwa PKS dan PDI-P, meskipun keduanya mungkin berada dalam posisi oposisi, memiliki tantangan untuk menyatu karena perbedaan ideologi dan basis pemilih yang signifikan. PKS memiliki akar yang kuat dalam nilai-nilai Islam, sementara PDI-P lebih bersifat nasionalis dan sekuler. Perbedaan ini menciptakan dinamika politik yang kompleks dan sering kali mengakibatkan pendekatan yang berbeda terhadap isu-isu nasional.

Selain itu, sejarah politik kedua partai juga menunjukkan jalur yang berbeda dalam politik Indonesia. PDI-P, dengan latar belakang sebagai partai pendiri yang dipimpin oleh tokoh nasionalis, dan PKS, yang tumbuh dari gerakan dakwah dan reformasi, memiliki strategi dan tujuan politik yang berbeda.

Namun, dalam sistem demokrasi, kerjasama antarpartai dengan latar belakang yang berbeda tidaklah mustahil, terutama jika ada isu-isu tertentu yang menjadi kepentingan bersama. Dalam konteks tertentu, koalisi semacam ini dapat terbentuk untuk menghadapi kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan rakyat atau untuk memperkuat fungsi check and balance dalam pemerintahan. Namun, kerjasama ini biasanya bersifat situasional dan tidak menunjukkan penyatuan ideologi atau platform politik yang permanen.

https://rmol.id/images/berita/normal/2024/02/924045_10063022022024_hasto_aboe.jpg
https://rmol.id/images/berita/normal/2024/02/924045_10063022022024_hasto_aboe.jpg

Kesimpulan

Dalam sistem demokrasi yang sehat, oposisi yang efektif berperan dalam mengkritik, memberikan masukan, dan memastikan transparansi serta akuntabilitas pemerintah. Keputusan partai-partai politik untuk bergabung atau tidak dengan pemerintahan akan sangat mempengaruhi dinamika politik dan kualitas demokrasi di Indonesia. Dengan perolehan suara yang kuat di parlemen, PKS memiliki potensi untuk menjadi oposisi yang berpengaruh atau sekutu pemerintahan yang strategis, tergantung pada pilihan yang mereka ambil.

Sejarah PKS sebagai partai oposisi telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang meskipun berada di luar pemerintahan. Dengan perolehan suara yang konsisten dari pemilu ke pemilu, PKS telah membuktikan diri sebagai partai yang dapat diandalkan untuk menjalankan fungsi check and balance terhadap pemerintah. Kiprah mereka di masa mendatang akan terus menjadi topik yang menarik untuk diikuti.

PDIP berada di tengah dilema politik yang kompleks. Keputusan mereka untuk bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau tetap sebagai oposisi akan sangat dipengaruhi oleh dinamika internal partai dan hubungan antara tokoh-tokoh kunci PDIP dengan pemerintahan baru. Apapun pilihan yang diambil, ini akan menjadi momen kunci dalam sejarah politik Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun