Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Teh Talua Tapai, Minuman Sehat Menghangatkan dari Ranah Minang

15 Januari 2024   17:35 Diperbarui: 3 Februari 2024   19:31 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teh telur dari Sumatera Barat, teh talua. (Dok. Shutterstock/Yahdi Bin Rus via kompas.com)

Pengantar

Pada awalnya minuman the talua (teh telur) memiliki resep sederhana yaitu kuning telur yang dikocok atau diaduk sampai mengembang menggunakan sendok, atau lidi (gaya khas warung tradisional Minang). 

Setelah dirasa cukup dituangkan air mendidih ke teh yang sudah disiapkan dalam saringan sehingga yang turun adalah air the panas pekat dan langsung menyiram kuning telur yang sudah mengembang. 

Sesaat kemudian akan terlihat dua lapisan, paling bawah air teh dan bagian atasnya campuran kuning telur yang sudah masak dan mengandung busa, enak untuk dipandang. 

Sebelum meminumnya anda bisa menambahkan perasan jeruk nipis untuk memberikan rasa dan aroma lebih menggoda dan jangan lupa aduk terlebih dahulu.  

Teh talua tapai adalah varian baru minuman the talua khas Minang yang terbuat dari campuran teh, kuning telur, gula, susu kental manis, dan tapai singkong. 

Minuman ini dipercaya dapat meningkatkan stamina dan kehangatan tubuh, serta memiliki rasa yang unik dan nikmat. Teh talua tapai berbeda dengan teh talua biasa yang tidak menggunakan tapai singkong sebagai bahan tambahannya.

Jika Anda ingin mencoba membuat teh talua tapai sendiri, Anda bisa mengikuti resep yang ada di beberapa situs di Internet. Bahan-bahannya cukup mudah didapatkan dan cara membuatnya juga tidak terlalu sulit. 

Anda hanya perlu memisahkan kuning telur dari putihnya, lalu mengocoknya dengan gula dan tapai singkong hingga berbusa. Kemudian, Anda menyeduh teh dengan air mendidih dan menambahkan susu kental manis. 

Terakhir, Anda menuangkan teh ke dalam gelas yang berisi kocokan telur dan mengaduknya hingga rata. Anda juga bisa menambahkan perasan jeruk limo, nipis, atau lemon untuk memberikan rasa segar. Kalau anda tidak mau membuatnya, datanglah ke ranah Minang untuk mencicipi teh talua talua tapai.

Varian minuman teh talua tapai relatif masih baru. penulis sendiri baru 3 tahun terakhir mencobanya. pertama mencoba di Sawahan depan kantor PLN wilayah Sumbar, Kota Padang. 

Pertama mencoba langsung suka karena sudah terbiasa minum teh talua. Berikutnya penulis mencoba minum di Simpang Anduriang, masih di Kota Padang, sebuah warung kecil pinggir jalan yang biasa berdua berjualan mulai sore sampai malam, rasanya juga enah dan menyegarkan. 

Terakhir penulis minum teh Talu di Simpang bypass, sebuah warung yang dibuka dengan nama Skotang Reborn, rasanya paling top dari semua yang telah dicoba dan sudah beberapa kali menikmatinya di sana setelah salat isya sambil ngobrol santai dengan tetangga. Oh ya skotang juga minuman khas orang Minang, nanti akan saya ceritakan agar anda yang belum tahu tidak penasaran.

Terkait dengn kebiasaan minum the talua saya memiliki kisah lucu sewaktu saya kuliah di Palembang tahun 1990. Saya fikir minuman the talua sudah menyebar ke seluruh nusantara, tetapi ternyata belum. Pengalaman ini saya bingkai dengan cerita fiksi, semoga anda suka.

Cerita The Talua dan Romanza di Palembang

Saya adalah seorang mahasiswa Teknik Elektro di Palembang. Saya berasal dari Minang, sebuah daerah yang kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu yang saya banggakan adalah teh talua, minuman khas yang selalu saya nikmati di kampung halaman.

Teh talua adalah campuran teh, kuning telur, gula, dan susu kental manis. Minuman ini memiliki rasa yang manis, gurih, dan lezat. Serta memberikan kehangatan dan kekuatan di badan.

Namun, di Palembang, saya tidak bisa menemukan teh talua yang sesuai dengan selera saya. Saya mencoba mencari di berbagai kedai, namun hasilnya nihil. Sampai suatu hari, saya menemukan sebuah warung yang tampak ramai dan bersih.

Saya mendekat dan bertanya kepada penjual, apakah ia menyediakan teh telur. Penjual mengangguk dan berkata ya, lalu saya memesan satu gelas. Saya menunggu dengan sabar, berharap bisa menikmati teh talua yang lezat.

Namun, apa yang saya lihat membuat saya tercengang dan heran. Penjual membawa sebuah nampan yang berisi teh dan telur. Bukan telur yang dikocok dengan gula dan susu, melainkan telur rebus yang utuh.

Saya sadar bahwa penjual tidak mengerti maksud saya. Dia mengira saya ingin minum teh dan makan telur rebus. Saya tidak tahu harus marah atau malu, jadi saya hanya bisa tersenyum. Saya mengucapkan terima kasih dan membayar minuman dan makanan itu.

Saya pun tertawa sendiri, mengingat kejadian itu. Saya berpikir, mungkin ini adalah salah satu cara Tuhan untuk menghibur saya. Saya bersyukur, karena meskipun saya tidak bisa menemukan teh talua di Palembang, saya bisa menemukan cerita lucu yang bisa saya ceritakan kepada teman-teman.

Cerita itu juga menjadi awal dari pertemanan saya dengan seorang gadis cantik yang bernama Rani. Dia adalah seorang mahasiswi Sastra di kampus yang sama dengan saya. Dia duduk di meja sebelah saya di warung itu, dan mendengar percakapan saya dengan penjual.

Dia tidak bisa menahan tawanya, melihat ekspresi saya yang bingung dan kecewa. Dia meminta maaf, dan berkata bahwa dia juga berasal dari Minang, dan mengerti betapa sulitnya mencari teh talua di Palembang.

"Maaf ya, saya tidak bermaksud menertawakan Anda. Saya juga suka teh talua, tapi saya jarang menemukannya di sini. Biasanya saya bikin sendiri di kos," katanya dengan ramah.

"Oh, tidak apa-apa. Saya juga tidak marah kok. Saya malah senang ada yang bisa mengerti perasaan saya," jawab saya dengan senyum.

"Nama saya Rani, by the way. Saya mahasiswi Sastra semester tiga. Saya lihat Anda sering lewat di depan kampus saya. Anda mahasiswa Teknik Elektro, kan?" tanyanya dengan penasaran.

"Ya, benar. Nama saya Rizal. Saya mahasiswa Teknik Elektro semester empat. Saya senang berkenalan dengan Anda, Rani," sahut saya dengan sopan.

"Senang berkenalan dengan Anda juga, Rizal. Saya suka nama Anda. Itu nama pahlawan nasional kita, kan?" puji Rani dengan manis.

"Ya, itu nama pahlawan nasional kita. Tapi saya tidak sehebat dia, sih. Saya hanya seorang mahasiswa biasa yang suka teh talua," kata saya dengan rendah hati.

"Ah, jangan merendahkan diri sendiri. Saya yakin Anda punya bakat dan potensi yang besar. Saya suka orang yang tekun dan berani seperti Anda," ujar Rani dengan tulus.

"Terima kasih atas pujian Anda. Saya juga kagum dengan Anda. Saya suka orang yang cerdas dan kreatif seperti Anda," balas saya dengan jujur.

Kami pun saling tersipu, dan merasakan ada sesuatu yang berdenyut di dada kami. Kami merasa ada benang merah yang menghubungkan kami. Kami merasa ada kesempatan untuk menjadi lebih dari sekedar teman.

Rani menawarkan untuk membuatkan saya teh talua, jika saya mau datang ke kosnya. Dia bilang bahwa dia punya bahan-bahannya sendiri, termasuk tapai singkong, yang membuat teh talua lebih enak dan khas.

Saya terkejut, dan merasa senang. Saya belum pernah mencoba teh talua dengan tapai singkong. Saya penasaran, dan juga tertarik dengan gadis itu. Dia memiliki wajah yang manis, mata yang bersinar, dan senyum yang menawan.

Saya menerima tawarannya, dan mengikuti dia ke kosnya. Di sana, dia menyiapkan teh talua tapai untuk saya, dengan cara yang sama seperti yang diajarkan ibunya. Dia mengocok kuning telur, gula, dan tapai singkong hingga berbusa. Lalu, dia menyeduh teh dengan air mendidih dan menambahkan susu kental manis. Terakhir, dia menuangkan teh ke dalam gelas yang berisi kocokan telur dan mengaduknya hingga rata.

Saya mencicipi teh talua tapai yang dia buat, dan merasakan sensasi yang luar biasa. Minuman itu memiliki rasa yang lebih kaya, lebih harum, dan lebih nikmat dari teh talua biasa. Saya bisa merasakan tapai singkong yang memberikan rasa asam manis yang segar.

Saya memuji gadis itu, dan berkata bahwa ini adalah teh talua terbaik yang pernah saya minum. Dia tersipu, dan berkata bahwa dia senang saya suka. Dia bilang bahwa dia sering membuat teh talua tapai untuk mengobati rindunya akan kampung halaman.

"Wow, ini enak sekali, Rani. Saya tidak pernah merasakan teh talua seperti ini sebelumnya. Anda hebat sekali bisa membuatnya," kata saya dengan kagum.

"Terima kasih, Rizal. Saya senang Anda suka. Ini adalah resep warisan ibu saya. Dia selalu membuat teh talua tapai untuk saya dan adik-adik saya saat kami masih kecil," cerita Rani dengan bangga.

"Resep warisan ibu Anda? Wah, saya merasa terhormat bisa mencicipinya. Ini seperti minuman surgawi," puji saya dengan tulus.

"Ah, Anda terlalu berlebihan. Ini hanya minuman sederhana, kok. Tapi saya senang Anda menghargainya. Ini seperti minuman kenangan," ujar Rani dengan senyum.

Kami pun mulai mengobrol, dan menemukan banyak kesamaan. Kami sama-sama berasal dari Minang, sama-sama suka membaca dan menulis, sama-sama suka musik dan film, dan sama-sama punya mimpi untuk sukses di bidang kami.

Kami juga saling bercerita tentang pengalaman dan harapan kami. Saya bercerita tentang cita-cita saya untuk menjadi seorang insinyur yang handal, dan mengembangkan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat. Dia bercerita tentang keinginannya untuk menjadi seorang penulis yang terkenal, dan menciptakan karya-karya yang menginspirasi banyak orang.

Kami merasa nyaman dan akrab satu sama lain. Kami tertawa dan bercanda, seolah-olah kami sudah kenal lama. Kami tidak menyadari bahwa waktu berlalu begitu cepat, dan malam pun tiba.

Saya berpamitan, dan berterima kasih kepada gadis itu. Saya bilang bahwa saya senang bertemu dan berkenalan dengan dia. Saya juga bilang bahwa saya ingin bertemu lagi dengan dia, dan mencoba teh talua tapai yang dia buat. Sampai jumpa kembali ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun