Azis: "Ah, Anies dan Muhaimin hanya mengumbar janji. Mereka menyampaikan penutup mereka dengan penuh rayuan dan tipuan. Mereka menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki komitmen dan konsistensi untuk memimpin Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Mereka juga menyampaikan penutup mereka dengan penuh kepura-puraan dan kesombongan. Mereka adalah pemimpin yang munafik dan sombong."
Gandar: "Hmm, Anies dan Muhaimin cukup menggugah. Mereka menyampaikan penutup mereka dengan penuh motivasi dan optimisme. Mereka menunjukkan bahwa mereka memiliki tujuan dan rencana yang baik dan realistis untuk memimpin Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Mereka juga menyampaikan penutup mereka dengan penuh kerendahan hati dan keikhlasan. Mereka adalah pemimpin yang motivator dan ikhlas."
Akhir ceritaÂ
Setelah debat Capres selesai, Pram, Azis, dan Gandar saling berpandangan dan tersenyum. Mereka menyadari bahwa mereka memiliki pandangan politik yang berbeda-beda, tetapi mereka tetap saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut. Mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki persahabatan yang kuat dan tulus, yang tidak terpengaruh oleh perbedaan tersebut. Mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki cinta yang besar dan mendalam kepada Indonesia, yang menyatukan mereka dalam perbedaan tersebut.
Mereka pun berpelukan dan berjanji untuk tetap bersahabat dan bersatu, tidak peduli siapa yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia. Mereka pun berdoa dan berharap yang terbaik untuk Indonesia, yang mereka cintai dan banggakan. Alangkah indahnya sebuah persahabatan ini. Bersahabat dalam berbeda dan berbeda dalam bercita-cita bahkan calon presiden pun tidak sama, namun tawa ceria lebih utama.