Generasi milenial juga memiliki karakteristik sebagai pemilih kritis yang tidak mudah tergoda oleh janji-janji manis para calon pemimpin. Mereka lebih cenderung mempertimbangkan visi, misi, program, dan rekam jejak calon pemimpin sebelum memutuskan pilihan mereka. Mereka juga lebih selektif dalam mencari informasi dan tidak mudah percaya dengan hoaks atau fitnah yang beredar di media sosial.
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap kritis generasi milenial adalah pendidikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), generasi milenial memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Pada tahun 2020, sekitar 36 persen generasi milenial telah menyelesaikan pendidikan tinggi, sementara hanya 18 persen generasi X dan 9 persen generasi baby boomer yang melakukannya. Pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan kemampuan berpikir, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara rasional dan objektif.
Selain pendidikan, faktor lain yang mempengaruhi sikap kritis generasi milenial adalah akses informasi. Generasi milenial memiliki akses informasi yang lebih luas dan mudah dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka dapat mengakses berbagai sumber informasi dari media massa, media sosial, hingga platform daring lainnya. Mereka juga dapat berinteraksi dengan berbagai pihak, baik sesama pemilih, calon pemimpin, maupun pakar dan aktivis, melalui media sosial dan platform daring lainnya. Hal ini dapat membantu mereka untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, akurat, dan terpercaya.
3.Generasi Milenial sebagai Pemilih Progresif
Generasi milenial juga memiliki karakteristik sebagai pemilih progresif yang mendukung isu-isu yang bersifat inklusif, demokratis, dan berkelanjutan. Mereka tidak terikat oleh ideologi atau afiliasi politik tertentu, melainkan lebih mengutamakan nilai-nilai universal dan kepentingan bersama. Mereka juga lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan dan keragaman.
Salah satu isu yang menjadi prioritas generasi milenial adalah pendidikan. Generasi milenial menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Oleh karena itu, mereka menginginkan calon pemimpin yang dapat meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Mereka juga menginginkan calon pemimpin yang dapat mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman, seperti pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), pendidikan karakter, dan pendidikan kewirausahaan.Namun, generasi milenial Indonesia juga menghadapi berbagai hambatan dalam berpartisipasi dalam proses demokrasi. Mereka memiliki rendahnya literasi politik, kurangnya keterlibatan sosial, dan pengaruh media sosial yang negatif. Hal ini dapat mengurangi kualitas partisipasi mereka dalam kampanye pemilu 2024. Mereka dapat menjadi korban atau pelaku dari praktik-praktik politik yang tidak sehat seperti money politics, black campaign, atau political identity.
-Oleh karena itu, diperlukan beberapa strategi untuk meningkatkan peran generasi milenial dalam kampanye pemilu 2024. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
-Melakukan edukasi politik bagi generasi milenial. Edukasi politik bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan generasi milenial dalam berpolitik. Edukasi politik dapat dilakukan melalui berbagai media seperti sekolah, universitas, organisasi kemasyarakatan, media massa, atau media sosial. Edukasi politik harus menyajikan informasi politik yang akurat, relevan, dan bermanfaat bagi generasi milenial.
Selain pendidikan, isu lain yang menjadi prioritas generasi milenial adalah lingkungan. Generasi milenial menyadari bahwa lingkungan adalah aset penting yang harus dilestarikan untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, mereka menginginkan calon pemimpin yang dapat melindungi dan memulihkan lingkungan dari berbagai ancaman, seperti perubahan iklim, deforestasi, pencemaran, dan sampah plastik. Mereka juga menginginkan calon pemimpin yang dapat mendorong pembangunan yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, transportasi massal, dan ekonomi kreatif.
Kesimpulan:
Generasi milenial Indonesia memiliki peran penting dalam kampanye pemilu 2024. Mereka memiliki potensi sebagai agen perubahan, pemilih kritis, dan pemilih progresif yang dapat mempengaruhi arah politik Indonesia. Namun, untuk merealisasikan potensi tersebut, generasi milenial harus meningkatkan partisipasi mereka dalam pemilu, baik sebagai peserta maupun sebagai pengawas. Mereka juga harus menjaga sikap kritis mereka dalam mencari dan menyebarkan informasi politik. Terakhir, mereka harus memilih calon pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai dan visi mereka untuk masa depan Indonesia.