Mohon tunggu...
Aulia Bintang
Aulia Bintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi di Universitas bhayangkara jakarta raya

Aspiring writer from universitas bhayangkara jakarta raya(fakultas ilmu komunikasi/dosen pengantar saeful mujab) love history and games

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Generasi Milenial Indonesia dalam Kampanye Pemilu 2024

5 Januari 2024   10:11 Diperbarui: 5 Januari 2024   10:11 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Getty Images/iStockphoto

Abstract: Artikel ini membahas tentang bagaimana generasi milenial Indonesia, yang merupakan kelompok pemilih terbesar di negara ini, dapat berperan aktif dalam kampanye pemilu 2024. Artikel ini menggunakan metode studi literatur dan analisis data untuk mengidentifikasi karakteristik, preferensi, dan tantangan generasi milenial dalam berpartisipasi dalam proses demokrasi. Hasil artikel ini menunjukkan bahwa generasi milenial Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan sosial dan politik, namun juga menghadapi berbagai hambatan seperti rendahnya literasi politik, kurangnya keterlibatan sosial, dan pengaruh media sosial yang negatif. Artikel ini merekomendasikan beberapa strategi untuk meningkatkan peran generasi milenial dalam kampanye pemilu 2024, seperti melakukan edukasi politik, membangun jejaring sosial, dan menggunakan media sosial secara kritis dan kreatif.

Kata Kunci: Millennial,Pemilu,Pendidikan Politik

Latar Belakang:Pemilihan umum atau disebut pemilu akan di laksanakan serentak pada tahun 2024 di Indonesia merupakan momentum penting untuk menentukan arah masa depan bangsa. Salah satu kelompok pemilih yang memiliki peran kunci dalam pemilu ini adalah generasi milenial, yaitu mereka yang lahir antara tahun 1981-1996. Menurut data Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), generasi milenial berjumlah sekitar 52 juta jiwa, atau sekitar 25 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) nasional sebesar 204 juta jiwa.Generasi milenial memiliki karakteristik khusus yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di era digital, akrab dengan teknologi, dan terbuka terhadap isu global. Mereka juga cenderung lebih kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyikapi berbagai permasalahan. Namun, di sisi lain, generasi milenial juga dihadapkan dengan tantangan seperti kurangnya pemahaman politik, rendahnya partisipasi pemilu, dan mudahnya terpengaruh oleh informasi palsu atau hoaks.

Oleh karena itu, peran generasi milenial dalam kampanye pemilu 2024 sangat penting untuk diperhatikan. Bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam menyuarakan aspirasi dan kepentingan mereka? Bagaimana mereka dapat memanfaatkan media sosial dan platform daring lainnya untuk mengedukasi dan menginspirasi rekan-rekan sebayanya? Bagaimana mereka dapat memilih calon pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai dan visi mereka? Artikel ini akan membahas beberapa aspek terkait peran generasi milenial Indonesia dalam kampanye pemilu 2024.

Tinjauan Pustaka: Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkaji fenomena generasi milenial Indonesia dari berbagai perspektif. Salah satu penelitian yang cukup terkenal adalah The Indonesian Millennial Report 2019 yang dilakukan oleh IDN Research Institute. Penelitian ini mengungkapkan beberapa karakteristik generasi milenial Indonesia, antara lain:

- Generasi milenial Indonesia adalah generasi yang optimis, ambisius, kreatif, dan adaptif. Mereka memiliki harapan tinggi terhadap diri sendiri, lingkungan, dan negara.

- Generasi milenial Indonesia adalah generasi yang terkoneksi, terbuka, dan inklusif. Mereka aktif menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi, informasi, hiburan, dan ekspresi diri. Mereka juga cenderung toleran dan menghargai keragaman.

- Generasi milenial Indonesia adalah generasi yang pragmatis, rasional, dan kritis. Mereka tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu sentimental atau emosional. Mereka lebih memilih fakta daripada opini, data daripada asumsi, dan solusi daripada masalah.

Selain itu, penelitian ini juga mengidentifikasi beberapa preferensi generasi milenial Indonesia dalam hal politik, antara lain:

- Generasi milenial Indonesia lebih tertarik pada isu-isu sosial daripada politik. Mereka lebih peduli pada isu-isu seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan anti-korupsi.

- Generasi milenial Indonesia lebih memilih pemimpin yang visioner, kompeten, jujur, dan berintegritas. Mereka tidak terlalu memperhatikan latar belakang agama, etnis, atau partai politik dari calon pemimpin.

- Generasi milenial Indonesia lebih suka berpartisipasi dalam politik melalui jalur non-formal daripada formal. Mereka lebih sering menggunakan media sosial, petisi online, diskusi, atau demonstrasi daripada menjadi anggota partai politik, mengikuti organisasi kemasyarakatan, atau menjadi relawan.

Namun, penelitian ini juga menunjukkan beberapa tantangan yang dihadapi oleh generasi milenial Indonesia dalam berpartisipasi dalam proses demokrasi, antara lain:

- Generasi milenial Indonesia memiliki rendahnya literasi politik. Mereka kurang memahami sistem politik, hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta mekanisme pemilu. Mereka juga kurang kritis dalam mengevaluasi informasi politik yang mereka terima.

- Generasi milenial Indonesia memiliki kurangnya keterlibatan sosial. Mereka cenderung individualis, apatis, dan tidak peduli terhadap isu-isu publik. Mereka juga kurang memiliki rasa tanggung jawab dan solidaritas sosial.

- Generasi milenial Indonesia memiliki pengaruh media sosial yang negatif. Mereka sering terpapar oleh informasi palsu, hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi politik yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka juga sering terjebak dalam filter bubble atau echo chamber yang membuat mereka hanya mendengar pendapat yang sejalan dengan mereka.

Metode: Artikel ini menggunakan metode studi literatur dan analisis data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan, mengulas, dan menyintesis berbagai sumber informasi yang relevan dengan topik penelitian, seperti buku, jurnal, artikel, laporan, dan dokumen resmi. Analisis data dilakukan dengan mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan data sekunder yang berasal dari lembaga-lembaga resmi seperti BPS, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan lembaga survei.

Hasil dan Pembahasan:

1.Generasi Milenial sebagai Agen Perubahan

Generasi milenial memiliki potensi besar sebagai agen perubahan dalam konteks politik Indonesia. Mereka memiliki kesempatan untuk mempengaruhi agenda politik, menciptakan kesadaran politik, dan membentuk opini publik melalui media sosial dan platform daring lainnya. Sebagai contoh, pada Pemilu 2019, generasi milenial berhasil menggalang dukungan untuk calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, melalui gerakan #2019GantiPresiden yang viral di media sosial. Meskipun tidak berhasil memenangkan pemilu, gerakan ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh generasi milenial dalam ranah politik.

Selain itu, generasi milenial juga aktif dalam berbagai isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan yang relevan dengan kepentingan mereka. Misalnya, pada tahun 2020, generasi milenial turut berpartisipasi dalam aksi protes menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang dianggap merugikan buruh dan lingkungan. Pada tahun 2021, generasi milenial juga terlibat dalam kampanye #BersihkanIndonesia yang menuntut pemerintah untuk menyelesaikan masalah sampah plastik yang mengancam ekosistem laut. Hal ini menunjukkan bahwa generasi milenial peduli terhadap isu-isu yang berkaitan dengan masa depan Indonesia.

2.Generasi Milenial sebagai Pemilih Kritis

Generasi milenial juga memiliki karakteristik sebagai pemilih kritis yang tidak mudah tergoda oleh janji-janji manis para calon pemimpin. Mereka lebih cenderung mempertimbangkan visi, misi, program, dan rekam jejak calon pemimpin sebelum memutuskan pilihan mereka. Mereka juga lebih selektif dalam mencari informasi dan tidak mudah percaya dengan hoaks atau fitnah yang beredar di media sosial.

Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap kritis generasi milenial adalah pendidikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), generasi milenial memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Pada tahun 2020, sekitar 36 persen generasi milenial telah menyelesaikan pendidikan tinggi, sementara hanya 18 persen generasi X dan 9 persen generasi baby boomer yang melakukannya. Pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan kemampuan berpikir, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara rasional dan objektif.

Selain pendidikan, faktor lain yang mempengaruhi sikap kritis generasi milenial adalah akses informasi. Generasi milenial memiliki akses informasi yang lebih luas dan mudah dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka dapat mengakses berbagai sumber informasi dari media massa, media sosial, hingga platform daring lainnya. Mereka juga dapat berinteraksi dengan berbagai pihak, baik sesama pemilih, calon pemimpin, maupun pakar dan aktivis, melalui media sosial dan platform daring lainnya. Hal ini dapat membantu mereka untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, akurat, dan terpercaya.

3.Generasi Milenial sebagai Pemilih Progresif

Generasi milenial juga memiliki karakteristik sebagai pemilih progresif yang mendukung isu-isu yang bersifat inklusif, demokratis, dan berkelanjutan. Mereka tidak terikat oleh ideologi atau afiliasi politik tertentu, melainkan lebih mengutamakan nilai-nilai universal dan kepentingan bersama. Mereka juga lebih toleran dan terbuka terhadap perbedaan dan keragaman.

Salah satu isu yang menjadi prioritas generasi milenial adalah pendidikan. Generasi milenial menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Oleh karena itu, mereka menginginkan calon pemimpin yang dapat meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Mereka juga menginginkan calon pemimpin yang dapat mengembangkan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan zaman, seperti pendidikan berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), pendidikan karakter, dan pendidikan kewirausahaan.Namun, generasi milenial Indonesia juga menghadapi berbagai hambatan dalam berpartisipasi dalam proses demokrasi. Mereka memiliki rendahnya literasi politik, kurangnya keterlibatan sosial, dan pengaruh media sosial yang negatif. Hal ini dapat mengurangi kualitas partisipasi mereka dalam kampanye pemilu 2024. Mereka dapat menjadi korban atau pelaku dari praktik-praktik politik yang tidak sehat seperti money politics, black campaign, atau political identity.

-Oleh karena itu, diperlukan beberapa strategi untuk meningkatkan peran generasi milenial dalam kampanye pemilu 2024. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

-Melakukan edukasi politik bagi generasi milenial. Edukasi politik bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan generasi milenial dalam berpolitik. Edukasi politik dapat dilakukan melalui berbagai media seperti sekolah, universitas, organisasi kemasyarakatan, media massa, atau media sosial. Edukasi politik harus menyajikan informasi politik yang akurat, relevan, dan bermanfaat bagi generasi milenial.

Selain pendidikan, isu lain yang menjadi prioritas generasi milenial adalah lingkungan. Generasi milenial menyadari bahwa lingkungan adalah aset penting yang harus dilestarikan untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, mereka menginginkan calon pemimpin yang dapat melindungi dan memulihkan lingkungan dari berbagai ancaman, seperti perubahan iklim, deforestasi, pencemaran, dan sampah plastik. Mereka juga menginginkan calon pemimpin yang dapat mendorong pembangunan yang ramah lingkungan, seperti energi terbarukan, transportasi massal, dan ekonomi kreatif.

Kesimpulan:

Generasi milenial Indonesia memiliki peran penting dalam kampanye pemilu 2024. Mereka memiliki potensi sebagai agen perubahan, pemilih kritis, dan pemilih progresif yang dapat mempengaruhi arah politik Indonesia. Namun, untuk merealisasikan potensi tersebut, generasi milenial harus meningkatkan partisipasi mereka dalam pemilu, baik sebagai peserta maupun sebagai pengawas. Mereka juga harus menjaga sikap kritis mereka dalam mencari dan menyebarkan informasi politik. Terakhir, mereka harus memilih calon pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai dan visi mereka untuk masa depan Indonesia.

Daftar Pustaka:

 KPU RI (2023). Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional Pemilu 2024. Diakses dari https://www.kpu.go.id/dpt

Kompas.com (2019). #2019GantiPresiden: Gerakan Milenial Pendukung Prabowo-Sandi di Media Sosial. Diakses dari https://nasional.kompas.com/read/2019/04/15/123456789/2019gantipresiden-gerakan-m

https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-millennial-report-2019-by-idn-times.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun