Aku duduk termenung di bawah pohon rindang di dekat danau. Punggungku bersandarkan batang kayu besar yang kokoh. Hari mulai senja, matahari perlahan tidak terlihat lagi. Langit cerah warna jingga kekuningan terlihat sangat indah.Â
Hari ini cukup melelahkan. Aku memejamkan mata menikmati angin musim gugur yang berembus, membuat perasaanku damai. Pikiranku perlahan-lahan menjadi jernih, beban-bebanku pun sedikit berkurang. Hingga aku tak kuasa menahan kantuk. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
"Aku pulang."
"Feli, selamat datang kembali." Ibu tersenyum menyambutku.
"Segera mandi, setelah itu makan malam." Aku hanya mengangguk.
"Apakah kamu akan mengunjungi Kyo lagi besok?"
"Iya." Aku menjawab singkat lalu pergi menjuju kamar.
Aku memandangi langit malam berbintang dari jendela kamar. Aku sangat suka memandangi langit, setiap memulai hari aku selalu mendongakkan kepala untuk melihat langit. Terlebih lagi langit biru cerah. Bagiku memandang langit membuat aku lebih tenang.
Namaku, Lily Felicity. Biasa dipanggil Feli. Aku adalah anak blasteran Indonesia -- Australia. Ayahku berasal dari Australia, sedangkan Ibuku dari Indonesia. Aku tidak suka bersosialisasi. Bisa dibilang trauma. Tetapi aku mempunyai satu teman. Naruse Kyo. Saat ini dia sedang koma di rumah sakit.
Cerita itu dimulai 2 bulan yang lalu, saat aku berusia 19 tahun. Daun - daun mapel yang berguguran membuat suasana musim gugur sangat terasa. Benar, saat itu adalah musim gugur di Australia. Aku sedang duduk di bangku di bawah pohon berwarna oranye kekuningan yang sedang berguguran itu. Sangat tenang dan nyaman. Aku mengambil novel dari dalam tas dan mulai membacanya. Banyak orang yang berlalu lalang. Tapi aku tidak peduli.Â
Tiba -- tiba ada seorang laki -- laki yang duduk disampingku. Aku rasa dia adalah turis, karena wajahnya tidak seperti orang yang berasal dari sini. "Sepertinya dia berasal dari Asia" Â batinku dalam hati. Aku ingin menyapa dia. Tapi seperti yang kalian tahu. Aku sangat pemalu. Akhirnya aku memberanikan diri. Aku tersentak saat aku ingin menyapa dia, dia terlebih dahulu berbicara dengaku.
"Hei, buku apa yang kau baca?" Kata laki -- laki itu.
"O-oh, aku sedang membaca novel karya Haru - sensei yang berjudul 'Maple's Ground.'"
Sepertinya dia sedikit terkejut saat aku menyebut buku tersebut.
"Apakah ceritanya bagus?" Dia bertanya kembali.
"Entahlah aku baru membacanya sebagian saja, tapi aku sangat menyukai buku karya Haru-sensei." Aku menutup bukuku lalu aku bertanya kembali kepadanya.
"Bukankah tidak sopan jika bertanya kepada seseorang sebelum memperkenalkan siapa dirinya"
"A-ah maaf jika itu menganggumu. Namaku Naruse Kyo, aku berasal dari Jepang. Namamu siapa?" Jawab dia
'Sudah kuduga dia orang Asia.' batinku dalam hati.
"Lily Felicity. Aku adalah orang Indonesia -- Australia." Jawabku singkat.
"Kau dingin sekali. Aku yakin kau pasti tidak mempunyai banyak teman." Gurau dia.
"Lalu kenapa. Apakah itu masalah untukmu?" Aku bangun lalu mengangkat kaki dan pergi dari situ.
Aku masih mendengar dia memanggil -- manggilku, tapi aku abaikan. Sebenarnya aku sudah biasa mendengar hal seperti itu. Tapi jika orang asing yang tiba -- tiba berkata seperti itu. Rasanya mengesalkan.Â
Aku pulang ke rumah. Membanting tubuhku ke kasur. Di rumah tidak ada siapa -- siapa. Ibu dan Ayah sedang bekerja. Karena aku bosan aku mulai mendengarkan musik dan melanjutkan novel yang tadi sedang aku baca. Tidak ada. Novel itu tidak ada. Aku rasa sudah terjatuh di tempat tadi.Â
Aku mengeluh. Aku bisa saja kembali ke tempat itu. Tapi jarak rumahku dan taman tadi cukup jauh. Aku tidak ingin membuang tenagaku. Tidak apa, aku bisa membeli novel yang baru. Tidak ada hal yang ingin aku lakukan sekarang. Aku bosan. Tiba -- tiba ada yang memencet bel rumahku. Aku pikir Ibu sudah pulang ke rumah.
Saat aku membuka pintu aku sangat terkejut. Ternyata bukan Ibu apalagi Ayah. Dia adalah Naruse Kyo orang yang kutemui di taman tadi.
"Bagaimana kau tau tempat tinggalku?" Tanyaku bingung.
Lalu dia menyodorkan novelku yang sepertinya terjatuh di taman tadi.
"Novelmu. Aku melihat ada kartu pengenal di buku tersebut."
Ah benar. Aku selalu meletakkan kartu pengenalku di buku yang sedang aku baca.
"Baiklah terima kasih." Aku mengambil buku tersebut.
"Soal tadi. Maaf kalau aku menyinggungmu. Aku sangat minta maaf." Ucap dia sambil membungkukan badannya.
"Ah tidak apa -- apa aku sudah sering mendengarnya, aku terburu -- buru karena ada hal mendesak tadi hahaha." Jawabku bohong.
"Syukurlah aku pikir kau marah." Ucap dia lega.
Tiba -- tiba dia tersenyum dan berkata, "Ngomong -- ngomong penulis buku itu adalah aku."
Aku sangat terkejut mendengarnya.
"Benarkah?! Aku tidak menyangka bisa bertemu salah satu penulis yang aku suka. Bisakah aku meminta tanda tanganmu?" Kataku dengan gembira.
"Hahaha boleh kok." Lalu dia menandatangani novel tersebut.
"Apakah kau ingin mampir dahulu?"
"Ah tidak usah, aku akan langsung pulang."
"O-oh begitu. H-haru -- sensei, maukah kau menjadi temanku?" Ucapku tiba -- tiba.
"Hm? Boleh kok hahaha. Besok aku akan kesini lagi. Sampai jumpa." Dia melambaikan tangannya dan tersenyum lalu pergi meninggalkan rumahku.
Aku mengucapkan itu tanpa sadar. Tapi aku sangat senang karena dia mau menerima permintaan pertemananku. Saat makan malam, aku menceritakan kepada kedua orang tuaku kalau aku bertemu penulis buku yang aku suka tadi. Aku bahkan bilang kalau dia akan berkunjung ke rumah lagi besok. Â Ibu dan Ayahku juga senang mendengarnya.Â
Selesai makan, aku kembali ke kamarku. Seperti biasa aku memandangi langit malam yang berbintang. Sangat indah. Tiba -- tiba aku berpikir, bagaimana kalau Haru -- sensei hanya mempermainkanku? Kenapa dia ingin berteman dengan orang yang bahkan baru ditemuinya sebentar? Aku bingung. Pertanyaan -- pertanyaan seperti itu terus bermunculan di kepalaku. Karena terlalu banyak berpikir, aku memutuskan untuk tidur.
~~~
Aku adalah tipe orang yang selalu bangun pagi. Setiap pagi aku menjalankan rutinitasku, yaitu lari pagi. Aku hanya lari di sekitaran komplek. Lalu aku menjalankan hari -- hariku seperti biasa. Siang harinya Haru -- sensei datang ke rumahku seperti janjinya. Karena itu adalah hari libur. Ayah dan Ibu berada di rumah. Lalu aku memperkenalkan Haru -- sensei dengan orang tuaku. Orang tuaku terkejut saat melihat dia.
"Wah kamu sangat tampan dan muda sekali. Apakah kamu benar hanya temannya Feli?" Gurau Ibuku dengan tertawa kecil.
"Muda? Hahaha saya sudah berumur 21 tahun. Sebenarnya saya adalah pacarnya Feli." Balasnya.
"Benarkah?!" Kata Ibu dan Ayah bersamaan.
"Hahaha maaf saya hanya bercanda. Saya memang hanya berteman dengan Feli." Canda dia.
"Oh begitukah. Sebenarnya tidak apa kalau kamu berpacaran dengan anak saya." Ibu kembali bergurau dengan dia.
Lalu mereka melanjutkan candaanya, sedangkan aku hanya terdiam sekaligus malu mendengarnya. Setelah selesai bercanda ria, Haru -- sensei mengajakku untuk pergi ke luar.
"Haru -- sensei ingin kemana kita?" Kataku.
"Panggil saja aku Kyo. Rasanya aneh kalau kau memanggil nama penaku. Apakah aku boleh memanggilmu Feli?"
"Oke baiklah. Kau juga boleh memanggilku Feli. Jadi Kyo kita akan kemana?"
"Entahlah aku hanya ingin keluar hahaha. Apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi?"
"Sepertinya tidak ada. Bagaimana kalau ke taman bermain?"
"Baiklah." Jawab dia. Lalu kami pergi ke taman bermain.
Sepanjang hari aku menghabiskan waktuku di taman bermain bersama Kyo. Kami sangat menikmatinya. Bermain roller coaster, naik bianglala, masuk ke rumah hantu dan memakan crepe. Kyo adalah orang yang sangat baik dan ceria. Aku pikir dia pasti mempunyai banyak teman. Sebaliknya sepertinya dia adalah teman pertamaku.
"Apakah kau senang?" kata Kyo.
"Iya. Aku sangat senang."
"Hahaha baguslah. Saat pertama kali melihatmu aku pikir kau adalah orang yang pendiam, tapi aku rasa tidak."
"Apakah aku terlihat seperti itu? Sebenarnya kau adalah tean pertamaku" kataku sambil menundakan kepala.
Sepertinya Kyo terkejut saat aku bilang dia adalah teman pertamanya.
"Sebenarnya selama ini aku juga tidak mempunyai teman. Karena itu aku sangat senang saat kau bilang ingin berteman denganku." kata Kyo.
Aku sangat terkejut sekaligus tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang Kyo yang baik dan ceria seperti ini tidak mempunyai teman.
"Aku selalu sibuk menjadi penulis. Jadi aku tidak punya waktu untuk bersenang -- senang seperti ini. Karena itu aku pergi berlibur sebentar ke Australia. Lalu aku bertemu denganmu." Lanjut dia sambil tersenyum.
Karena sebentar lagi malam tiba kami berdua pulang. Saat Kyo ingin mengantarku ke rumah. Tiba -- tiba ada mobil yang oleng menuju ke arah trotoar tempat aku dan Kyo sedang berjalan. Kyo langsung mendorongku menjauh. Aku terkejut sekaligus menangis keras. Kyo tertabrak mobil itu. Aku langsung meminta orang yang ada di sekitar situ untuk mengantar kami ke rumah sakit.
~~~
Sudah 2 bulan sejak Kyo koma. Dia masih belum sadar sejak kecelakaan itu. Setiap hari aku selalu mengunjunginya. Mengganti bunga di ruangannya selama tiga hari sekali. Berharap dia segera bangun dari komanya. Sejak kejadian itu aku menjadi takut untuk bersosialisasi lagi. Aku menutup diri. Aku tidak ingin kehilangan seseorang yang berharga lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H