"Syukurlah aku pikir kau marah." Ucap dia lega.
Tiba -- tiba dia tersenyum dan berkata, "Ngomong -- ngomong penulis buku itu adalah aku."
Aku sangat terkejut mendengarnya.
"Benarkah?! Aku tidak menyangka bisa bertemu salah satu penulis yang aku suka. Bisakah aku meminta tanda tanganmu?" Kataku dengan gembira.
"Hahaha boleh kok." Lalu dia menandatangani novel tersebut.
"Apakah kau ingin mampir dahulu?"
"Ah tidak usah, aku akan langsung pulang."
"O-oh begitu. H-haru -- sensei, maukah kau menjadi temanku?" Ucapku tiba -- tiba.
"Hm? Boleh kok hahaha. Besok aku akan kesini lagi. Sampai jumpa." Dia melambaikan tangannya dan tersenyum lalu pergi meninggalkan rumahku.
Aku mengucapkan itu tanpa sadar. Tapi aku sangat senang karena dia mau menerima permintaan pertemananku. Saat makan malam, aku menceritakan kepada kedua orang tuaku kalau aku bertemu penulis buku yang aku suka tadi. Aku bahkan bilang kalau dia akan berkunjung ke rumah lagi besok. Â Ibu dan Ayahku juga senang mendengarnya.Â
Selesai makan, aku kembali ke kamarku. Seperti biasa aku memandangi langit malam yang berbintang. Sangat indah. Tiba -- tiba aku berpikir, bagaimana kalau Haru -- sensei hanya mempermainkanku? Kenapa dia ingin berteman dengan orang yang bahkan baru ditemuinya sebentar? Aku bingung. Pertanyaan -- pertanyaan seperti itu terus bermunculan di kepalaku. Karena terlalu banyak berpikir, aku memutuskan untuk tidur.