Ia merapatkan tubuhnya. Hawa hangat tubuhnya merangsang niat-niat jahat uratku. Di telinga ia berbisik, "kaka lihat kan di kapal. Suka? Kaka suka kan dengan saya?"
Hembus nafasnya melemahkan saraf-sarafku. Kelelakianku dibuatnya kalah. Mati kutu. Aku tak menjawab. Tunduk pada keberaniannya.
***
dokpri
Mataku terbelalak. Pikiran langsung teringat pada Alia. Alia siswiku adalah seorang duyun. Layakah aku membencinya, yang ikut mencicipi dengan mata dan pikiran? Aku sadar, aku adalah seorang "doyan" mengingini "duyun" lokal. Alia.Â
Alia maafkan laki-laki seperti aku, yang tak sangggup beri perlindungan dan keamanan. Â Â Â Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!