"Alia, get up and describe your village to your classmate in front of the class?" Aku coba menetralkan rasa berkecamuk di hatinya.
Ia bangun dan berikan performa yang unggul. Ia pandai berbahasa Inggris. Lancar dan atraktif. Menurutku, dia anak yang cerdas.
Benar menurut guru-guru, bukan hanya tubuh yang menarik dari Alia. Seluruh dirinyalah yang menarik. Kecerdasan dan cara bicaranya membuatnya berbeda dan lebih dari siswa/siswi umumnya di sekolah.
Di depan gerbang setelah pulang sekolah, ia menunggu menanti aku lewat untuk mengatakan maaf yang kesekian kalinya. Bukanya hanya beri maaf kesekian kalinya, aku beri dia bonus boncengan, yang sebenarnya sembunyikan niat beri kepuasan bagi jiwa lelakiku. Disaat itu, ia beranikan diri meminta WA, dengan alasan untuk konsultasi bahasa Inggris.
***
Di balik pesona wanita dan kecerdasan, Alia menyimpan misteri bagi orang-orang. Hidup dalam dua dunia bertentangan. Dunia tabu. Dunia yang dibenci pada umumnya.
Tak banyak yang tahu. Rahasia itu dibungkus dengan rapi, tak dibiarkan kusut untuk dipandang mata, termasuk keluarganya sendiri. Aktris yang pandai melakoni dua peran berbeda.
Ia bergentayangan dalam remang-remang yang ditakutkan orang. Warna hidup yang menyajikan hedonisme di tengah kesepian. Tempat yang paling dibenci sekaligus dirindukan. Laut.
Aku penasaran dengan dunia ini. Ya, memang pernah sebelumnya, digoda oleh rekan, yang katanya doyan mencicipi enaknya. Berkali-kali. Mungkin karena tembok pertahanan agamaku cukup kuat, malaikan-malaikat penyelamat selalu memenangkan pertarungan sengit di kepala.
Tibalah waktu yang kesekian kalinya, tawaran itu sampai di telingaku. Bayang-bayang kenikmatan dan kesenangan meluluhlantahkan pertahananku. Aku putuskan ikut nimbrung bareng sahabat karibku. Si Cimeng. Itu nama samarannya. Nama yang teman-teman seangkatan sematkan, karena perawakannya yang keras dan menakutkan.