Mohon tunggu...
Aurelius Haseng
Aurelius Haseng Mohon Tunggu... Freelancer - AKU yang Aku tahu

Mencari sesuatu yang Ada sekaligus tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyotaimori: Duyun Labuan Bajo

30 Desember 2020   11:29 Diperbarui: 30 Desember 2020   12:00 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook/Chef M.Jackson Kaimudin

Semakin larut. Suasana semakin gemuruh. Alunan musik keras dipasang. Minuman-minuman beralkohol disaji. Wajah-wajah mabuk mulai tunjukkan tanda-tanda pada tubuh yang sempoyongan. Tamu-tamu itu menari dengan gadis-gadis sashimi pilihannya.

Aku yang melawan ngantuk berusaha keras melek. Mataku tetap tertuju pada Alia. Tak biarkan berpaling. Seorang bule berumur 40-an membabat habis pesona kewanitaannya. Aku marah. Sakit hati. Lalu, Pedih itu semakin gila kala Alia dibawa masuk ke dalam kamar.

Si Cimeng tak tahu akan pergulatan itu. Ia larut dalam keasikan. Alunan musik keras, berecampur alkohol merangsangnya semakin terbuai. Ia berjingkrak-jingkrak ikuti iringan lagu. Bersama yang lain terhipnotis dalam euforia. Kecuali aku. Aku yang patah. Aku yang tak berdaya.

Ketika semuanya larut dalam lelap, aku beranikan diri dekati wanita yang duduk di anjong pinisi. Ditemani rokok, ia hangatkan tubuh menghalau dinginnya angin laut. Tak berpikir banyak, aku duduk bersebelahan. Aku pun tahu tarif. Dan itu sungguh gila. Alia bersama rekan sashimi girl dibendrol dengan harga 25 juta semalam per orang. Bukan kelas ku.

***

dokpri
dokpri
Bunyi diesel perahu nelayan, menghentak lelap Alia. Bisingannya menggetarkan gendang, hingga sembunyikan telinga di balik bantal. Lalu ia menekan bantal ke lubangnya, tak membiarkan suara masuk ke gendang.

Namun, sadar akan hari ini adalah awal pekan, dipaksakannya tubuh bangun meninggalkan kamar menuju deck. Mata sayup-sayupnya memeriksa langit. Tak kuasa melototi cakrawala terang, mata telanjangnya mengedip-ngedip, coba sembunyikan bola mata ayu.

Lalu ditolehnya mata ke perahu yang baru melintas, tampak sudah mencapai sandaran dermaga, disambut suara rebutan para pedagang ikan. Pada jejaknya, tersisa hanya buih ombak dan gelombang arus kecil yang berantrian menggulung lalu menghilang.

Alia berlangkah kembali ke dalam kamar, memeriksa hp. Pada layar terpampang angka 05.45. Jam yang  cukup limpah mencapai rumah dan sekolah.Di atas meja, bertengger amplop yang bertulis, "terima kasih".Memang tidur di kepal penisi selayaknya berada di hotel, olengannya tak dirasakan. Fasilitaspun lengkap sebagaimana halnya hotel.

Alin mengganti pakaian, mengubah penampilan sebagai remaja normal. Semua bawaannya bersatu dalam tas punggung dan bergegas keluar dari kamar menuju buritan kapal. Di sana seorang ABK dengan speadboat siap mengantarnya menuju pantai Pede yang semenit jaraknyadari kapal yang membuang jangkar dekat pulau monyet.

Sore, ketika berbelanja di Denis Mart di persimpangan patung caci, aku berpapasan dengan Alia. Manis. Cara berpakaiannya pamerkan tubuh berisi dengan celana pendek berhiaskan paha dan tungkai, kakinya berlindung pada sneakers abu-abu. Bukanya tegur, ia malah menarik lengan dan menggiring aku ke rak dagangan paling belakang. Di situ, kejantananku dicobainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun